[caption id="attachment_352559" align="aligncenter" width="480" caption="Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo, Surabaya"][/caption]
"Toleransi itu sederhana, bagimu agamamu, bagiku agamaku"
"Toleransi itu memahami bukan mengakui, membiarkan bukan membenarkan"
Surabaya, 22/02/2015
Luar biasa ceramah ustad Hasan Basri hari Minggu kemarin, dihadapan jamaah rombongan dari Banjarmasin. Pengajian yang berlangsung dengan santai dan diselingi dengan tanya jawab.
Saya sungguh beruntung bisa ikut dalam rombongan meski keberadaan saya ditempat itu kebetulan lewat setelah belanja alat elektronik di THR maal yang berada di persimpangan jalan dengan masjid Cheng Hoo. Hasan Basri juga menceritakan tamu-tamu dan pengunjung di masjid ini juga bermacam-macam, beda ras, beda suku, beda bahasa, beda negara, bahkan beda keyakinan. Dia menceritakan bahwa Cheng Hoo bukan hanya milik Tionghoa, Cheng Hoo bukan hanya milik Islam, Cheng Hoo kebanggaan Budda. Cheng Hoo adalah sosok yang toleran, tokoh muslim yang memimpin pelayaran yang 98% bukan orang Islam kala itu.
Cheng Hoo adalah panglima kepercayaan Dinasti Ming untuk misi perdamain, Dinasti yang raja dan negara yang mayoritas beragama Budha, sikap sholeh dan rendah hati serta amanah yang membuat dia mencapai pencapaian tertinggi di Disnasti Ming. Dia menjadi duta untuk mengawal putri Cempha yang akhirnya dipersunting oleh Raja Mojopahit dan menurunkan para wali dan ulama di Indonesia.
[caption id="attachment_352560" align="aligncenter" width="480" caption="Ustad Hasan Basri memberikan tauziah pengajian"]
[caption id="attachment_352562" align="aligncenter" width="480" caption="Ustad Hasan Basri, luar biasa ceramahya tentang keberagaman budaya, toleransi hidup bersama"]
Hasan Basri juga menceritaka bahwa pendiri Muhammdiyah dan NU dulu bersahabat, sholat saling bergantian jadi imam dan makmum, dan tidak pernah ada masalah. Terkadang orang sekarang terlalu mengagung-agungkan kelompoknya dan tidak mau melihat sejarah, dan terlalu sempit dalam memahami soal itu. Ini masih soal dalam satu wadah Islam, bagai mana mau hidup berdampingan dengan agama lain? Imbuhnya lagi.
Hasan Basri juga menceritakan sosok Gusdur orang yang toleran mirip Cheng Hoo, toleran tanpa mengorbankan keimanannya. "Toleransi itu sederhana, bagimu agamamu, bagiku agamaku, toleransi itu memahami bukan mengakui, membiarkan bukan membenarkan"
Kata-kata itu pernah saya dengar langsung ketika Gusdur sedang mengisi pengajian di pondok pesantren Ngruwak Nganjuk paska lengser dari presiden dulu.
"Yang hadir di pengajian di masjid ini hanya khusus orang keturunan Tionghoa?" tanya pak Ansyari salah satu rombongan dari Banjarmasin.
"Di sini bebas bapak, orang muslim non muslim boleh mengikuti pengajian, tempat kita luas bisa menampung 200-300 jamaah, orang sekitar masjid sini dan banyak juga orang keturunan Tionghoa yang beragama muslim yang menghadiri pengajian rutin di halaman ini...." jawab ustad muda itu dengan halusnya.
[caption id="attachment_352563" align="aligncenter" width="480" caption="masjid dari sisi selatan"]
[caption id="attachment_352566" align="aligncenter" width="480" caption="halaman masjid yang luas mampu menampung ratusan jamaah pengajian dan dimanfaatkan untuk olahraga di selanya"]
[caption id="attachment_352568" align="aligncenter" width="480" caption="bedug, seperti kebanyakan di masjid lainnya"]
[caption id="attachment_352569" align="aligncenter" width="480" caption="diaroma (relief) Panglima Cheng Hoo mengarungi samodra di sisi utara masjid"]
[caption id="attachment_352570" align="aligncenter" width="480" caption="seni kaligrafi yang indah di sisi kanan kiri bagian depan masjid"]
[caption id="attachment_352571" align="aligncenter" width="480" caption="ornamen segi delapan di atap dalam masjid, angka delapan dipercaya angka keberuntungan dalam budaya Tionghoa"]
[caption id="attachment_352573" align="aligncenter" width="480" caption="serambi masjid sisi kanan, lebih rendah keberadaannya dibanding dengan bagian utama"]
[caption id="attachment_352574" align="aligncenter" width="480" caption="serambi masjid sisi kiri, mirip serambi sisi kanan"]
[caption id="attachment_352575" align="aligncenter" width="320" caption="pertandingan basket dihalaman tampak dari dalam masjid"]
Bangunan masjid ini berarsitektur miri bangunan kelenteng menurut ustad Hasan Basri, sebagai muslim Tionghoa yang di Indonesia ingin mengenang leluhurnya yang mayoritas beragama Budda, bangsa Tionghoa adalah bangsa yang menjunjung tinggi budaya leluhurnya.
Ustad muda itu juga menceritakan pada hari Imlek kemarin di masjid Cheng Hoo ini juga diadakan kegiatan menyambut tahun baru Imlek dengan kegiatan bernuansa Islam, "Imlek bukan hanya milik Tionghua, bukan milik Budda, Indonesia juga punya, muslim juga boleh, seperti kemarin temma-nya tentang jilbab, antusiasnya luar biasa dan halaman ini penuh jamaan pengajian.." katanya.
[caption id="attachment_352577" align="aligncenter" width="480" caption="halaman yang luas dan beratap membuat jamaah pengajian terlindung dari panas dan hujan, sekaligus dimanfaatkan untuk olah raga basket"]
[caption id="attachment_352579" align="aligncenter" width="480" caption="spanduk daftar penceramah terpasang di sisi lapangan, dai-dai ternama sering mengisi di pengajian di masjid Cheng Hoo ini"]
Halaman masjid yang teduh dan luas yang biasanya digunakan untuk jamaah pengajian di waktu sela dipergunakan untuk lapangan basket sekolah sekitar dan masyarakat sekitar, tentunya saling menjaga kesopanan dan saling toleransi ketika ada ibadah di masjid.
Indahnya toleransi di masjid Cheng Hoo yang diceritakan Hasan Basri ini, luar biasa semoga membuat Indonesia yang beragam ini semakin makmur dan berbudaya.
[caption id="attachment_352580" align="aligncenter" width="480" caption="gapura masuk masjid Cheng Hoo, berada di barat taman makam pahlawan jl. Kusuma bangsa Surabaya, depan THR"]
Masjid Cheng Hoo Surabaya ini berada di belakang Taman Makam Pahlawan jl. Kusuma Bangsa, lewat jalan kanan atau kiri TMP. Dan berada tepat di seberang jalan dengan THR (Taman Hiburan Rakyat).
"Selamat berkunjung di masjid Cheng Hoo"
Untuk melihat liputan dari teman teman lainnya buka di sini
*) Salam Njepret
*) Salam Budaya
*) Salam Kampret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H