[caption id="attachment_353016" align="aligncenter" width="540" caption="Halaman dan pintu gerbang situs makam Troloyo"][/caption]
Mojokerto, 24-06-2015
Mojokerto kaya akan situs-situs peninggalan jaman kejayaan Majapahit, mulai bangunan candi, kolam, reruntuhan, serta makam-makam kuno. situs makam Troloyo mengusik saya untuk mampir berkunjung ke sana, kompleks makam Islam kuno yang berada di area pusat kerajaan Majapahit kala itu.
Suasana sedikit berbeda dibanding hari-hari biasa diluar bulan Ramadhan, kalau diluar bulan amadhan pengunjung kebanyakan berombongan membawa bus dan begitu selesai berziarah mereka lansung pulang. Sedangkan saat Ramadhan begini pengunjung datang sendirian atau rombongan kecil 2-3 orang dan bermukim agak lama di kompleks situs ini, 1-2 minggu bahkan ada yang sampai lebaran tiba. Namun begitu ada juga rombongan yang memakai bus mini seperti yang saya ketemui kemarin.
Maryono pengunjung dari Klaten mengatakan sudah seminggu ini datang di Troloyo, dia berencana sampai pertengahan puasa dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan ke daerah Mojoagung komplek Wali Judeg atau yang terkenal Sayid Sulaiman. Ada alasan menurutnya mengapa dia lebih suka mengunjungi tempat ini ketika bulan puasa, suasana sepi dia lebih bisa berkonsentrasi untuk beribadah, karena jumlah pengunjung saat awal Ramadhan berkurang dan baru ramai ketika menginjak tanggal ganjil Ramadhan. Dia datang melapor ke petugas juru kunci atau pengurus di dekat gapura masuk, tinggal memperlihatkan tanda pengenal dan mengisi buku tamu dan melaporkan bahwa akan bermukim disini sekitar 2 minggu. Tak ada syarat khusus cuma harus ikut menjaga keamanan dan kebersihan. Dia yakin ramadhan-nya lebih maksimal dengan cara begini, untuk soal buka dan sahur tidak usah risau karena selalu ada donatur yang memberi nasi bungkus ketika buka dan sahur tiba di masjid.
Memperbanyak dzikir dan selalu tafakur di dekat makam aulia menurutnya akan merasa dekat dengan mati, kalau sudah ingat mati segala keserakahan dan perbuatan duniawi tak lai merisaukan hatinya. Ketika ditanya apakah keluarganya tidak keberatan dengan caranya begini? Jawabnya mumpung masih bujang, ia mencari jati diri dan bekal untuk kelak. Dia cuma berkeinginan dekat dengan penciptanya disaat saat begini.
Â
[caption id="attachment_353017" align="aligncenter" width="510" caption="Makam Syeikh Djumadil Qubro, orang datang dan pergi menziarahi-nya"]
Mienurut pak Nardi salah satu pengurus, pengunjung situs Troloyo ini kebanakan peziarah (orang-orang muslim), mereka datang kesini untuk ngalap berkah, mereka menganggap tempat ini mustajab untuk mohon pengampunan dan berdoa, wali Alloh adalah kekasih Alloh, orang yang dekat Alloh, mereka yakin akan hal itu. Dari peninggalan ini bisa ditarik benang merah pasti ada keterkaitan antara situs Troloyo (keberadaan makam Troloyo) dengan kehidupan Hindu, Budha, dan Islam di era Majapahit. Menurut cerita makam Troloyo ini merupakan perkampungan Islam atau tempat peristirahatan para saudagar Islam yang sedang berniaga sekaligus syiar Islam. Perkampunngan ini dipercaya ada pada era Prabu Prawijaya ke V. Â Dan bisa diperkirakan Hindu, Budha, dan Islam hidup berdampingan kala itu, jarak antara pusat pemerintahan dengan perkampungan serta situs-situd candi lainnya saling berdekatan.
Berikut ini liputan tentang situs Troloyo tersebut.
Makam Sheikh Djumadil Qubro berada pada cungkup yang paling besar, ini menjadi tujuan utama para peziarah. Menurut cerita beliau berasal dari negeri Persia, beliau datang pertama kali di pulau Jawa bersama Syeikh Subakir yang lebih penumbal pulau Jawa di Gunung Tidar , karena pulau Jawa angker dihuni penguasa halus yang mengakibatkan bencana (pagebluk) kala itu.
Sheikh Djumadil Qubro dipercaya wali tertua di Indonesia, belia menurunkan wali-wali yang terkenal dengan sebutan Wali Songo dan para raja Jawa setelah Majapahit. Putera bungsu beliau menikah dengan putri raja Majapahit, dan dipercaya Islam bisa diterima dikalangan istana waktu itu, meski sudah ada agama lama Hindu dan Budha.
[caption id="attachment_353018" align="aligncenter" width="510" caption="makam Sunan Ngudung, terletak diutara masjid, panjangnya makam ini menjadi misteri sampai saat ini, dan dipercaya beliau dimakamkan beserta tombak senjatanya"]
Makam Sunan Ngudung berada di utara masjid, Sunan Ngudung bernama asli Raden Usman Haji, beliau putera dari Sunan Gresik. Dan beliau juga merupakan ayah dari Sunan Kudus.
Banyak kontroversi tentang kematiannya, sebagian cerita beliau meninggal ketika melawan Portugis, sebagian lagi perang saat melawan prajurit Majapahit, namun keberadaan makamnya di komplek Troloyo ini merupakan misteri tersendiri karena Raja Brawijaya masih kakeknya. Sunan Ngudung juga pernah menjabat sebagai Imam Masjid Demak.
Sewaktu di makam Sunan Ngudung kemarin bertemu dengan rombongan yang membawa anak-anak, ketika saya tanya maksut kedatangan mereka membawa anak-anak, mereka menjawab mumpung libur itung itung study tour buat anak-anaknya, agar anak anak mereka mengenal leluhurnya yang menyebarkan agama Islam di nusantara.
[caption id="attachment_353019" align="aligncenter" width="480" caption="petilasan Walisongo, gerbang masuk sebelah selatan"]
Petilasan Wali Songgo, ditempat ini diyakini dulu pernah dipakai rapat (bermusyarah wali songo), mungkin juga bangunan dan yang ada didalamnya untuk tetenger tentang kejadian silam tersebut. Bangunan berpagar tembok dan pintu masuk mirip pintu kelenteng.
[caption id="attachment_353020" align="aligncenter" width="510" caption="makam pitu (tujuh) terlihat dari luar dan papan peringatan di depannya"]
Dalam cungkup makam Pitu ini menurut mbah Kartoleksono berisi 7 pusara yaitu makam Noto Suryo, makam Noto Kusumo, makam  Gajah Permada (entah apa hubungannya dengan Patih Gajah Mada), makam  Sabdo Palon, makam  Noyo Genggong, makam  Mban Kinasih. Di atas ada lima makam dan 2 lainya di bagian bawah masih dalam secungkup. Semua pusara di dalam cungkup ini di bungkus pakai kain berwarna kuning.
[caption id="attachment_353022" align="aligncenter" width="510" caption="makam Putri Anjasmoro dan putri Kencono wungu, berada ujung barat daya"]
Menurut mbah Kertolaksono, dulu semsa hidup Gusdur sering berziarah ke makam syeh Qohar dalam komplek makam ini.
[/caption] [caption id="attachment_353028" align="aligncenter" width="510" caption="Situs kompleks makam Putri Campha"]
Banyak orang mengisi Ramdhanya agar lebih dekat dengan penciptanya, meski terkadang sebagian orang menganggap tidak semestinya, tapi mereka punya alasan untuk itu. Tuhan maha bijaksana, Tuhan ada dimana saja, Ramadhan terasa lebih dengan cara begini, kata mereka.
Selamat menunaikan ibadah Ramadhan, semoga Ramadhan kali ini Ramadhan paling indah dalam umur kita.
Â
*) Salam Ramadhan
*) Salam Jalan-jalan
*) Salam Njepret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H