Mohon tunggu...
riza bahtiar
riza bahtiar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis artikel, esai, dan beberapa tulisan remeh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Diogenes, Abu Nawas

8 April 2024   13:01 Diperbarui: 8 April 2024   13:21 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Anekdot-anekdot terkait Abu Nawas saya ingat kala remaja dulu selalu terkait kejenakaan, kekonyolan, ketakterdugaan. Belakangan, saya ketahui, figur Abu Nawas tidak monokrom, melainkan jauh lebih kompleks. Dia menerabas bahkan batas-batas syariat. Diwan Abu Nawas mengungkapkan hal ini.

Dia adalah peminum anggur dan berhasrat pada lelaki muda. Dia bisa mempengaruhi untuk melanggar aturan-aturan kala bulan Ramadhan. Andai saja bisa "membunuh satu" saja bulan dari tahun hijriyah, maka dia akan membunuh bulan suci untuk berpuasa ini.

Pemilik nama asli Abu Ali Hasan bin Hani' al-Hakami ini pada satu peristiwa tampak lebih taksa tentang "mencuri" sarapan (tentu maksudnya sahur). Saat bulan Ramadhan akan dimulai di akhir bulan Sya'ban, seorang temannya menyarankan agar mereka berbuka lebih cepat. Abu Nawas pun menyenandungkan: "Kita akan mencuri sehari dari bulan puasa kita/toh Tuhan memaafkan bahkan pencuri sekalipun!" Ada syairnya nan konyol dan mencengangkan. Dia bermain-main dengan rumusan baku azan: "Marilah shalat!", dia balikkan menjadi bentuk profan, "Mari tidur-bersama!"

Saat Abu Nawas menyindir ketamakan kalangan Barmaki, kelas paling berkuasa di bawah Kekhalifahan Abbasiyah Baghdad, menurutnya mereka ini bilang: "Tiada Tuhan kecuali Roti!" Jelas, Abu Nawas tengah memarodikan ihwal tauhid.

Dalam satu bersisahutan sengit dengan seorang penyanyi Baghdad bernama 'Inan, Abu Nawas menulis syair: "Duhai nan cantik! Tuhan membikin wajahmu jadi kiblatku/Maka izinkan aku berdoa ke arah wajahmu, dan mari berciuman." "Ciuman" (qubla) dan "arah berdoa" (qibla) dia jadikan irama, sebuah koplet berirama nan nyaris tak terelakkan.

Pria kelahiran al-Ahwaz, kiwari Khuzistan (salah satu propinsi Iran), ini bukan tak pernah merasakan penjara. Dua khalifah pernah menjebloskannya ke balik jeruji. Harun al-Rasyid (766-809), dan anaknya, Harun al-Amin (787-813). Al-Rasyid dua kali menahannya di penjara, malahan. Kali pertama, Abu Nawas dituduh murtad. Sementara kali keduanya, dia dianggap menyerang khalifah (di samping para elit politik lain) dalam syair terkenal yang menyatirkan Arab Utara. Perlu dicatat, syair-syair Abu Nawas punya ciri quasi-politik dikotomi antara suku Arab Utara dengan Arab Selatan dengan pemihakannya pada yang belakangan.

Tuduhan murtad yang dialamatkan pada Abu Nawas ada macam-macam. Disebutkan bahwa dia menyusun elegi yang mempertanyakan alam baka karena tak ada seorang pun yang pernah kembali untuk memastikan adanya. Kawannya, Yusuf ibn Daya mati-matian memperingatkan Abu Nawas bahwa para musuhnya mencari-cari kesalahannya agar dia jatuh. Yusuf memohon agar Abu Nawas menyembunyikan bait-bait tersebut, namun Abu Nawas menolak mengindahkannya. Seminggu berselang, penyair itu pun termangu di penjara.  

Di lain waktu, di sebuah tempat yang kumuh, Abu Nawas ikut salat magrib dan berada di barisan/saf depan. Saat imam mulai membaca Surah 109 (al-Kafirun), "Katakan wahai orang-orang kafir!", Abu Nawas menyahut: "Aku datang (labbaik)!". Pernah seorang pengawalnya, Zakariya al-Qusyari, memprotes Abu Nawas karena dia tak menemukan satu pun salinan al-Quran di rumahnya. Abu Nawas dengan ringan menjawab: "Cahaya dan kegelapan bukan teman seranjang!"

Arkian, disebutkan bahwa Imam al-Syafii turut menyalatkan jenazah Abu Nawas saat yang terakhir ini telah terbujur kaku. Mulanya al-Syafii enggan, tapi demi menemukan selarik kertas di saku pakaian Abu Nawas bertuliskan syair nan syahdu seperti disebutkan di atas, ia akhirnya turut menyalatkan. Kata-kata memang sungguh bertenaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun