Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suara Kami dari Sekolah Guru Kebinekaan 2022

7 Oktober 2022   14:20 Diperbarui: 7 Oktober 2022   14:37 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tokoh inspiratif ke-2 adalah seorang laki-laki hebat kelahiran Kalimantan 1893, yang tinggal di Sumatera Barat. Beliau adalah tokoh pendidikan inspiratif pada zamannya. Beliau bernama Engku Muhammad Syafe'i, mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) Kayutanam pada 31 Oktober 1926 yang mengutamakan kemerdekaan, minat bakat dan kreatifitas anak-anak.

Beliau pernah tinggal di Jakarta bersama orang tua angkatnya, Marah Sutan, untuk mengajar di sekolah Kartini, selain beliau juga belajar melukis. Pada tahun 1922 Engku Muhammad Sjafe'i menuntut ilmu di Belanda dengan biaya sendiri untuk mendapatkan ijazah sebagai guru, pelukis, pengrajin, dan pemusik. Sungguh tokoh yang sangat luar biasa, multi talenta.

Pandangannya tentang sesorang guru, beliau menempatkan guru sebagai pamong, semacam fasilitator untuk murid-muridnya yang bertugas membimbing kreatifitas yang mereka miliki. 

Adapun pandangannya terhadap murid, beliau menempatkan murid sebagai subjek. Seorang murid bisa menentukan dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya tanpa harus disetir oleh seorang guru. Beliau sama sekali tak menempatkan murid sebagai objek. Sungguh arif memperlakukan guru dan murid dalam dunia pendidikan. Demikian hakikat pendidikan yang sesungguhnya, menurutnya. Hal tersebut sesuai dengan pandangannya yang berbunyi "Jadilah Engkau Jadi Engkau."

Tokoh inspiratif ke-3 adalah keturunan Tionghoa-Aceh bernama Yap Thiam Hien (25 Mei 1913 -- 25 April 1989). Beliau pernah menjadi guru di Hollands-Chineesche Kweekschool (HCK). HCK adalah sekolah pendidikan guru yang berlangsung satu tahun, yang memberikan kesempatan kepada para pemuda peranakan yang ingin menempuh pendidikan profesional, tetapi tidak mempunyai biaya untuk masuk ke universitas.

Pengalaman Yap menjadi guru antara lain; empat tahun di wilde scholen (sekolah-sekolah yang tidak diakui pemerintah Belanda) Chinese Zendingschool, Cirebon. di Tionghwa Hwee Kwan Holl, China School di Rembang dan Christelijke School di Batavia (Jakarta)

Tak hanya menjadi guru, Yap kemudian tertarik pada isu-isu sosial dan kemanusiaan yang kemudian membawanya aktif menyuarakan dan memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia (HAM). Yap dikenal seorang yang kuat nyalinya melawan ketidakadilan di lapangan. Diceritakan, ia dibesarkan dalam lingkungan yang feodalistik namun sejak kecil sudah memberontak terhadap kesewenang-wenangan. Ketertarikannya pada isu keadilan dan HAM membawanya menjadi pengacara terkenal sehingga namanya diabadikan sebagai nama sebuah penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang berjasa besar bagi penegakan hak asasi manusia di Indonesia.

Tiga tokoh pendidikan yang disebut di atas menjadi inspirasi para guru di masa kini. Seorang guru, di samping harus memiliki kecerdasan dan keterampilan mengajar murid di depan kelas, ia juga harus menjadi solusi bagi lingkungan sekolah dan masyarakatnya.

Belajarlah dari Maria Walanda Maramis, ia menjadi solusi bagi kaum perempuan yang terpinggirkan haknya di daerah Sulawesi Utara. Belajarlah juga dari Engku Muhammad Syafe'i, ia memberikan ruang seluas-luasnya kepada murid-muridnya untuk menjadi apa yang mereka inginkan tanpa embel apa-apa. EMS juga memberikan contoh kepada publik untuk bisa hidup mandiri tanpa harus berhutang budi kepada orang lain, hal ini ia buktikan ketika bersekolah di Belanda ia menolak beasiswa yang ditawarkan pemerintah Belanda saat itu. Dan dari Yap Thiam Hien kita belajar arti keadilan. Dari beliau juga kita mendapatkan teladan untuk melaksanakan kerja-kerja bersih, berdedikasi, dan tak pandang bulu dalam menjunjung kebenaran dan keadilan. Terima kasih YCG, terima kasih SGK 2022.

Kota Serang, 28 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun