Memilih dan menentukan slogan "Desa Pendidikan" untuk sebuah desa yang jauh dari pusaran kota dengan segala kekurangannya, menjadi hal yang menarik dan sarat tantangan. Menarik karena biasanya basis atau pusat pendidikan adanya di pusat kota, bukan di desa.
Sarat tantangan, karena dalam proses 'pendakian' untuk merealisasikan slogan tersebut penuh hambatan, rintangan dan tantangan. Keduanya harus dihadapi dan diperjuangkan oleh semua pihak dengan semangat dan rasa optimistis agar slogan "Desa Pendidikan" bagi Kramatlaban dapat diwujudkan, kemudian menjadi julukan permanen baginya.
Slogan "Desa Pendidikan" ini tak datang secara tiba-tiba, spontan. Ia lahir dari cita-cita dan harapan warganya sejak lama, sebelum kepemimpinan kepala desa yang baru, Sarmat. Jauh sebelumnya, wacana "Desa Pendidikan" ini muncul pada masa kepemimpinan desa Oji Fahruroji (2012-2018) namun masih samar. Dorongan kuat untuk mewujudkan slogan ini muncul kembali setelah Kramatlaban menjuarai Lomba Kampung Sehat, Bersih dan Aman dengan merebut dua kategori juara, yang diselenggarakan Pemda Kabupaten Serang, 2019 (Hikmatyar, 2020)
Cita-cita dan harapan Desa Kramatlaban menjadi Desa Pendidikan tentu menjadi PR bersama. Pekerjaan Rumah ini dikomandoi oleh Kepala Desa, sebagai pimpinan tertinggi di wilayahnya, dan segenap perangkat desa serta seluruh warganya. Bahu membahu, saling mendukung dan bergotong royong untuk merealisasikannya.
Potensi pendidikan menjadi arah atau orientasi pembangunan dan pengembangan Desa Kramatlaban ke depan sangat beralasan. Salah satu indikatornya adalah desa ini telah memiliki infrastruktur atau fasilitas pendidikan yang akomodatif bagi seluruh warganya. Jumlah sekolah, mulai dari TK/PAUD, SDN/MI, MTs, MA, hingga perguruan tinggi ada di desa ini. Jadi, secara fisik harapan menjadi Desa Pendidikan sudah terpenuhi.
Pertanyaan selanjutnya adalah soal mutu atau kualitas. Apakah fasilitas-fasilitas belajar di beberapa sekolah ini telah memenuhi standar? Apakah sekolah-sekolah telah memiliki kelas yang nyaman; meja dan kursi belajar dalam kondisi baik, memiliki perpustakaan, fasilitas olahraga, taman, aula dan sejenisnya yang mendukung pembelajaran bagi peserta didik dengan baik dan nyaman.
Bagaimana nilai akreditasi sekolah-sekolah yang sudah ada? Bagaiman kualitas lulusan (alumni) dari sekolah-sekolah tersebut? Dan sejumlah pertanyaan lainnya yang harus dijawab dengan bukti nyata (evidence) oleh desa ini. Â
Pertanyaan lanjutan di atas adalah tantangan dahsyat bagi Kramatlaban untuk mewujudkan desanya menjadi "Desa Pendidikan". Banyak pekerjaan rumah yang harus ditunaikan jika harapan dan cita-cita bersama ini ingin terealisasi. Â
Implikasi positif akan didapat dan dirasakan warga jika "Desa Pendidikan" ini terwujud, antara lain; kualitas kehidupan warga desa akan membaik, angka putus sekolah idealnya nihil, tak akan terjadi di wilayah ini, SDM warga desa menjadi semakin berkualitas karena melek literasi, lingkungan warga semakin kondusif, etos kerja warga semakin meningkat, kesadaran untuk hidup sehat dan peduli lingkungan akan menjadi budaya warga. Pada akhirnya ekonomi warga desa akan semakin meningkat berkat pendidikan. Pendidikan sejatinya adalah investasi yang menopang kualitas ekonomi. Â
Dukungan, kontribusi dan doa warga masyarakat; tokoh orang tua, pemuda, kiai, ustaz, jawara dan sejenisnya menjadi poin penting untuk merealisasikan harapan dan cita-cita bersama, yaitu mewujudkan Desa Pendidikan bagi Kramatlaban. Dukungan materi dan sokongan imateri dari pihak pemerintah, baik dari kecamatan maupun kabupaten atau provinsi menjadi penentu utama orientasi Kramatlaban menjadi Desa Pendidikan yang berkulaitas, menjadi desa harapan bagi pendidikan warganya.