Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Jangan Percaya Penulis Amatir!

8 Juni 2020   20:52 Diperbarui: 9 Juni 2020   00:04 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah hembusan angin dari arah mana, tiba-tiba saya mau berbagi pengalaman menulis, meski saya "sama sekali bukan" termasuk kaum penulis profesional. 

Oh mungkin, karena dalam dua atau tiga hari terakhir ini, saya sering menulis status spontan di facebook kemudian saya unggah ke satu blog, yang dikenal dengan "Beyond Blogging". Sebutlah, Kompasiana!

Seperti biasa, setelah saya selesai menulis di portal daring kemudian tayang. Hasil tulisannya saya 'share' ke jejaring sosial, selain saya bagikan juga link-nya via whatsapp ke bebarapa orang yang saya anggap kenal dekat atau semi dekat. 

Respons mereka beragam, ada yang menanggapi positif dan berterima kasih, ada juga yang kritis, pula banyak yang apatis. Yang jelas tak ada respons histeris, seolah tengah menonton drama korea.

Selain respons di atas, setelah mereka membaca tulisan saya, ada (juga) beberapa orang yang meminta saya untuk diajari bagaimana cara menulis. "Tolong dong, ajari saya menulis di media, Kang. Saya mau banget menulis dan tulisannya bisa dipublikasikan di media, bagaimana caranya?". Demikian kira-kira jenis pertanyaannya.

Sebenarnya pertanyaan di atas adalah pertanyaan repetisi yang saya terima. Setiap kali saya bagikan tulisan, pertanyaan itu kembali muncul. Perlu diketahui, saya malu sebenarnya mendapatkan pertanyaan tersebut. 

Saya bukan seorang penulis terkenal, pula bukan penulis profesional. Jauh dari kata "pandai" dalam urusan tulis menulis. Yang saya kerjakan adalah menulis apa yang ada dalam benak atau pikiran. Prinsipnya, menulis ketika ingat sebelum terserang lupa.  

Soal tulisan yang masih salah dalam tata bahasa, kurang lihai memilih diksi, kurang tajam analisis dalam suatu hal atau juga masih kurang sistematis dan sejenisnya, semuanya saya nafikan. Yang jelas, tugas saya adalah memindahkan ide-ide yang masih abstrak dalam benak ke dalam media yang kemudian bisa dibaca oleh saya dan publik secara konkret. Pasalnya, jika ide tersebut tak dipindahkan maka tak akan ada wujud konkretnya.

Terus terang, cita-cita saya bisa menulis, muncul sejak awal saya kuliah. Rasa malu sebagai mahasiswa, yang tak bisa menulis adalah motivasi kuat yang melatar belakangi saya untuk bisa menulis. Tapi, saat itu, tetap tak ada ' action' menulis. Akhirnya, saya tetap tak menulis apa-apa. Taka ada satu tulisan lepaspun yang dihasilkan.

Keberanian saya menulis baru muncul di pertengahan awal 2016-an. Badui U. Subhan, salah satu inspirator saya dalam menulis, walau jenis dan objek tulisannya berbeda dengan objek tulisan saya. Ia memotivasi saya untuk mengirim tulisan esai pertama saya di selasar.com. sebuah portal nasional yang lumayan keren dan bergengsi saat itu.

Saya memberanikan diri mengirim sebuah esai sederhana di portal tersebut, tentu dengan membuat akun pribadi terlebih dahulu di sana. Dua atau tiga hari, esai sederhana saya lolos kurasi (sunting) oleh dewan redaksi dan bisa tayang. 

Dari situlah kemudian kepercayaan diri menulis tumbuh, hingga akhirnya saya menjadi "kolumnis" di portal tersebut. Lumayan, lebih dari hitungan jari tangan dan kaki, tulisan saya di sana.

Selanjutnya, saya mencoba-coba menulis di portal lain atas rekomendasi seorang teman, hingga akhirnya saya (juga) bisa menulis di portal-portal lain, seperti Qureta.com, Geotimes, Tempo Indonesiana, Kompasiana, Bantennews.co.id, Kabar-banten.com, Bantenhits.com dan sejumlah media daring lainnya, baik lokal maupun nasional. Ada sejumlah tulisan di media yang saya sebutkan tadi.    

Keberanian menulis saya selanjutnya mulai merambah ke media cetak, meski masih di koran lokal. Kebetulan di Banten banyak media cetak yang menawarkan kolom esai kepada pembaca untuk mengisinya. 

Mulailah saya mencoba menulis beragam isu mutakhir di Wacana Publik Radar Banten, Kolom Gagasan Banten Raya, Kolom Opini Kabar Banten dan sejumlah media cetak lainnya.

Sesekali juga menulis juga di Kolom Opini Radar Bandung, Tribun Jabar, Rakyat Cirebon, Artha Media dan lain-lain. Masih kategori penulis amatir (baca: debutan), belum bisa tembus di media cetak nasional. Soal usaha untuk bisa tembus di sana, memang belum maksimal. Tulisan saya sering ditolak di Kompas, Republika, Sindo, Media Indonesia atau Tempo.

Informasi soal tulisan saya di media, bukan warta primer yang penting untuk diketahui pembaca. Sungguh hanya untuk kepentingan menambah banyak jumlah kata atau kalimat saja dalam tulisan ini. Tak ada niat lain kecuali yang saya sebutkan tadi. Lupakanlah!

Yang ingin saya katakan kepada para pembaca yang ingin bisa menulis, rumusnya hanya satu: "Mulailah menulis dari sekarang!". Hanya itu, dan cuma itu. Perasaan takut salah atau merasa  hasil tulisannya jelek dan sejenisnya adalah sebuah kesalahan dalam menulis itu sendiri.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun