Bisa masuk ke kelas tanpa pengingat fisik - mendengarkan bel atau mengamati perilaku orang lain di sekitar Anda - bukanlah keterampilan yang mudah bagi siswa sekolah dasar atau menengah, dan bahkan beberapa siswa sekolah menengah.
   3.  Fokus mengerjakan tugas, mengikuti intruksi dengan baik
Hal sulit yang sering dihadapi anak-anak dalam mengikuti belajar secara daring adalah kemampuan untuk fokus dalam rentang waktu tertentu saat terkoneksi dengan gurunya di sesi pembelajaran.Â
Kebiasaan bermain game memengaruhi rentang waktu fokus saat berinteraksi lewat komunikasi digital. Oleh sebab itulah beberapa pakar pendidikan amat konsern untuk membatasi anak dalam bermain 'game online'.
Selama belajar daring, peran guru dan orangtua dalam melatih anak tetap fokus selama mengikuti sesi belajar daring amat penting. Maka sangat disarankan bagi para guru untuk tidak melakukan banyak aktifitas tatap muka secara live streaming, karena problem rentang fokus anak yang terbatas.Â
Guru memperbanyak mengajak anak melakukan aktifitas kolaborasi di rumah, dan kegiatan yang fleksibel berbasis proyek.
   4.  Kemampuan berinteraksi dan mencari (belajar berbasis inkuiri)
Kendala belajar secara daring yang sering dikeluhkan para orangtua adalah mendampingi anak belajar di rumah, dengan memposisikan diri sebagai "guru pengganti". Â Itu terjadi karena peralihan belajar dan pola belajar yang tidak tepat yang terjadi terhadap anak.
Pola belajar jarak jauh dipahami secara sempit dengan instruksional jarak jauh atau secara daring dengan media sosial digital.
Kualitas interaksi, komunikasi dan hubungan emosi nyaris luput dari perhatian guru dan orangtua. Maka melatih dan menanamkan interaksi yang menyenangkan dan pola mencari sendiri, dengan arahan tugas sederhana bisa memberikan efek yang positif untuk membangun motivasi belajar anak di rumah.
    5.  Kepedulian terhadap lingkungan, motivasi diri