Selama beberapa tahun terakhir, Program "Human Flourishing" di Universitas Harvard telah melakukan penelitian tentang praktik pengasuhan anak dan bagaimana praktik ini memengaruhi pertumbuhan anak saat mereka tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.
Lazimnya gaya orangtua dalam mengasuh anak dibagi ke dalam 2 corak pendekatan: kehangatan dan disiplin. Kemudian berdasarkan apakah pendekatan pengasuhan anak tersebut tinggi atau rendah pada masing-masing dimensi ini, gaya pengasuhan kemudian dibagi menjadi 4 jenis: otoritatif, otoriter, permisif, dan lalai.
Pendekatan pengasuhan anak dengan kehangatan tinggi dan disiplin tinggi, kadang-kadang disebut gaya otoritatif. Sebaliknya, pendekatan dengan kehangatan rendah dan disiplin tinggi disebut sebagai gaya otoriter.Â
Pendekatan dengan kehangatan tinggi tetapi disiplin rendah disebut sebagai gaya permisif. Dan, akhirnya, pendekatan dengan kehangatan rendah dan disiplin rendah disebut sebagai gaya lalai.
Jika dibuat bentuk titik temu dalam baris dan kolom, pada baris adalah disiplin tinggi dan rendah. Dan pada kolom kehangatan, tinggi dan rendah.
Pendekatan gaya pengasuhan kehangatan rendah, disiplin tinggi merupakan gaya otoriter, cenderung dikaitkan dengan hasil masa kanak-kanak kurang baik.Â
Pendekatan gaya pengasuhan kehangatan tinggi dan disiplin rendah merupakan gaya permisif, cenderung dikaitkan dengan kondisi yang tidak baik. Dan pendekatan gaya pengasuhan dengan kehangatan rendah dan disiplin rendah merupakan gaya pengasuhan yang lalai, cenderung menghasilkan kondisi kanak-kanak yang buruk.
Selain itu, ada juga penelitian yang bersifat cross-sectional, yang berarti bahwa semua data dikumpulkan sekaligus, daripada dikumpulkan berulang kali dari waktu ke waktu. Namun itu agak sulit untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat. Misalnya, jika kehangatan orangtua dikaitkan dengan hasil anak yang lebih baik, sulit untuk mengetahui apakah kehangatan orangtua benar-benar menyebabkan hasil tersebut atau apakah, misalnya, anak-anak yang akan memiliki hasil yang baik tetap lebih mudah untuk mencintai.
Pola atau gaya pengasuhan anak sejak masa kecil tentunya disepakati oleh para ahli tumbuh kembang anak memiliki dampak yang besar bagi masa depan perilaku anak.
Peran penting rasa cinta dan kasih sayang orangtua dalam pengasuhan sangatlah menentukan perkembangan dan pertumbuhan anak. Dalam banyak tulisan teologis, rasa cinta dan kasih sayang itu dipahami sebagai keinginan untuk dan/atau komitmen untuk kebaikan orang lain.
Maka, tidak mengherankan bahwa pengalaman cinta tampaknya memengaruhi begitu banyak hasil kesehatan dan kesejahteraan. Cinta tidak sering dipertimbangkan dalam diskusi kesehatan medis dan publik kami tentang apa yang membentuk kesehatan.
Semakin tinggi tingkat kehangatan dan kasih sayang dari orangtua, tentunya dapat mencegah anak dari stres, dan sebaliknya semakin rendah kehangatan dan kasih sayang orangtua terhadap anak, tentunya akan menstimulus timbulnya stres dalam diri anak, karena orangtua memberi terlalu banyak tekanan pada mereka, ketertekanan menarik perasaan negaraif, membuat pertumbuhan otak juga tidak baik.
Penelitian di bidang neurosains menyebutkan bahwa setiap hari syaraf-syaraf sinaps pada sel otak tumbuh cepat bergantung kepada stimulus yang diterima oleh anak dalam interaksinya dengan orangtua, keluarga, guru, atau teman bermainnya.
Jika anak memiliki cinta dari figur orangtua, mereka mungkin lebih terlindungi dari dampak risiko biologis orang dewasa untuk masalah kesehatan, daripada mereka yang tidak memiliki orangtua yang penuh kasih dalam hidup mereka.Â
Cinta dan kasih sayang membantu anak-anak merasa aman, rasa aman membuat mereka lebih percaya diri, rasa harga diri, sikap empati dan peduli, terlepas dari masalah prestasi akademik, bahkan penelitian mutakhir banyak menyebutkan hubungan prestasi akademik dengan pola asuh orangtua atas anak pada pertumbuhannya.
Bagaimana cinta dapat membantu anak Anda untuk berhasil dalam hidupnya?
Cinta dan kasih sayang orangtua memberi dampak fisik seperti berikut:
- Membantu kesehatan mental anak Anda.
- Menjadikan anak Anda lebih sehat secara fisik.
- Meningkatkan perkembangan otak dan memori anak Anda.
- Menciptakan ikatan yang lebih kuat antara orangtua dan anak.
- Membuat anak Anda tidak takut dalam hidup, serta memahami secara banyak kehidupan yang akan dijalaninya.
Bagaimana cara menunjukkan cinta pada anak Anda?
Ada banyak cara bagaimana orangtua dapat menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada anak-anak mereka. Ketika anak-anak pada masa balita, orangtua perlu menunjukkan kasih sayang ini melalui demonstrasi fisik, seperti memeluk, mencium, dan memberikan banyak sentuhan fisik lainnya. Bermain bersama adalah cara yang bagus untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang.
Di usia balita, memegang tangan sambil berjalan adalah cara yang baik untuk menunjukkan kasih sayang dan memiliki manfaat tambahan dengan memberi mereka perasaan aman.Â
Berdiskusi dengan anak juga adalah cara lain untuk menunjukkan cinta. Mengajaknya berbicara, bertanya tentang dirinya, tentang  perasaannya secara sederhana membuat konsep hidup yang mereka terima akan banyak bermakna.
Ketika anak-anak bertambah matang, orangtua dapat menunjukkan kasih sayang dengan cara-cara non-fisik, seperti memperhatikan anak-anak, mengingat dan merayakan momen-momen penting dalam hidup mereka, mengajaknya menemui orang-orang baik di sekitar mereka, meminta mereka menyampaikan pendapatnya, perasaannya tanpa ada rasa khawatir akan respons yang negatif dari orangtua seperti dimarahi, dipersekusi bahkan mereka harus merasa aman ketika harus berbicara jujur walau dalam kesalahan. Kelak mereka akan tumbuh sebagai pribadi yang penuh kasih dan kuat dalam karakter kebaikan.
Penutup, pola pengasuhan setiap orangtua tentu memiliki corak yang tidak terlepas dari latar belakang kultur, pola pikir, kematangan emosi, dan wawasan.Â
Gaya pengasuhan diyakini memiliki dampak jangka panjang, oleh karenanya orangtua perlu memperhatikan pola asuhnya dan pendekatan apa yang bisa diterapkan dalam pendidikan anak di rumah.Â
Selanjutnya gaya pengasuhan dengan pendekatan yang baik juga tentunya perlu diterapkan di sekolah oleh setiap guru yang terlibat dalam interaksi dengan anak didik. Karena guru secara de facto, adalah personifikasi orangtua dalam lingkungan anak selain di rumah, dan guru memberikan bentuk perilaku dan pola pikir anak dalam perjalanan hidup selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H