Mohon tunggu...
BungRam
BungRam Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati pendidikan, konsultan program pendidikan

Book lover, free traveller, school program consultant, love child and prefer to take care for others

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Sosok John Dewey dan Teori Pendidikan Konstruktivisme

21 Januari 2019   14:02 Diperbarui: 6 Agustus 2021   05:34 7369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Sosok John Dewey dan Teori Pendidikan Konstruktivisme (unsplash/alex block)

Fokus sentral dari minat filosofis Dewey sepanjang kariernya adalah apa yang secara tradisional disebut "epistemologi," atau "teori pengetahuan". Akan tetapi, ini menunjukkan sikap kritis Dewey terhadap upaya masa lalu di bidang ini bahwa ia secara tegas menolak istilah "epistemologi," lebih memilih "teori penyelidikan" atau "logika eksperimental" sebagai mewakili pendekatannya sendiri.

Dalam pandangan Dewey, epistemologi tradisional, apakah rasionalis atau empiris, telah menarik perbedaan yang mencolok antara pemikiran, domain pengetahuan, dan dunia fakta yang konon disebut pemikiran: pikiran diyakini ada terpisah dari dunia, secara epistemis sebagai objek kesadaran langsung, ontologis sebagai aspek unik dari diri. 

Baca juga : Yuk, Pahami Belajar Konstruktivisme agar Siswa Lebih Aktif

Komitmen rasionalisme modern, yang berasal dari Descartes, ke doktrin ide bawaan, ide-ide yang terbentuk sejak lahir dalam hakikat pikiran itu sendiri, telah mempengaruhi dikotomi ini; tetapi kaum empiris modern, dimulai dengan Locke, telah melakukan hal yang sama persis dengan komitmen mereka terhadap metodologi introspektif dan teori ide-ide representasional.

Pandangan yang dihasilkan membuat misteri dari relevansi pemikiran dengan dunia: jika pemikiran merupakan domain yang berdiri terpisah dari dunia, bagaimana bisa keakuratannya sebagai sebuah bagian dari perhitungan dunia menjadi ada ? Bagi Dewey, sebuah model baru, yang menolak anggapan tradisional, menginginkan, sebuah model yang berusaha ia kembangkan dan sempurnakan selama bertahun-tahun dalam penulisan dan refleksi.

Menurut pragmatisme Dewey, atau yang disebutnya "instrumentalisme," adalah pandangan bahwa pengetahuan dihasilkan dari ketajaman korelasi antara peristiwa, atau proses perubahan. 

Penyelidikan membutuhkan partisipasi aktif dalam proses-proses tersebut: penyelidik memperkenalkan variasi spesifik di dalamnya untuk menentukan perbedaan apa yang terjadi dalam proses terkait dan mengukur bagaimana suatu peristiwa tertentu berubah dalam kaitannya dengan variasi dalam peristiwa terkait. 

Baca juga : Teori Konstruktivisme Komunikasi

Sebagai contoh, penyelidikan eksperimental dapat berupaya untuk mengetahui bagaimana keganasan dalam suatu organisme manusia berubah dalam kaitannya dengan variasi dalam bentuk-bentuk perlakuan tertentu, atau bagaimana siswa menjadi pembelajar yang lebih baik ketika terpapar metode pengajaran tertentu.

Pragmatisme juga merupakan respons terhadap apa yang oleh para filsuf disebut teori kebenaran dan makna: gagasan bahwa dalam belajar kita adalah reseptor pasif dari rangsang sensorik. Pragmatisme, sebaliknya, menegaskan bahwa individu itu terutama aktif dalam pembangunan dunianya, dan bahwa makna yang kita peroleh dalam hidup kita adalah hasil dari hubungan yang kompleks antara ide yang diterima dan pengalaman sekarang.

Dalam teori instrumentalisme, pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan. Menurut dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun