Saat itu aparat mundur dua langkah, tanpa ada peringatan lebih dahulu terdengarlah suara tembakan, diikuti oleh pasukan yang langsung mengarahkan moncong senjatanya ke arah demonstran, lalu memantik senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan mereka, selama kurang lebih tiga puluh menit.
Disaat para demonstran yang terluka berusaha bangkit untuk menyelamatkan diri di tengah hujan timah panas, pada saat yang sama juga mereka diberondong senjata lagi. Malahan ada anggota militer yang berteriak,
“Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak!”
Lebih sadis lagi, mereka yang belum mati ditendang-tendang dan kalau masih terlihat bergerak maka ditembak lagi sampai mati.
Tak lama berselang, dari arah pelabuhan muncul dua truk militer yang mengangkut pasukan tambahan dengan kecepatan yang tinggi. Sembari memacu truk dengan kencang, hujanan peluru tetap dilontarkan ke arah demonstran yang berhamburan di jalan.
Jeritan dan bunyi tulang yang patah dan remuk digilas mobil truk besar terdengar jelas oleh para jamaah yang tiarap di selokan-selokan sisi jalan.
Setelahnya, truk-truk besar itu menepi dan turunlah militer-militer itu untuk mengambil mayat-mayat yang bergelimpangan dan melemparkannya ke dalam truk bagaikan melempar karung goni.
Sementara itu di lain tempat, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh Biki. Kira-kira jarak 15 meter dari kantor Kodim, jemaah dihadang oleh militer untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Biki.
Ketika ketiga orang itu mendekat, tentara kembali menyongsong mereka dengan senjata yang sontak membuat panik massa yang di belakangnya. Diketahui puluhan orang tewas di depan kodim itu.
Jumlah korban yang pasti belum diketahui berapa banyak, baik mereka yang terluka, meninggal, bahkan yang hilang. Pemerintah saat itu menyembunyikan fakta jumlah korban dalam tragedi berdarah itu. Lewat panglima ABRI saat itu L. B. Moerdani menyatakan bahwa jumlah yang tewas sebanyak 18 orang dan yang luka-luka 53 orang.
Tapi data dari Sontak (SOlidaritas Untuk peristiwa Tanjung Priok) jumlah korban yang tewas mencapai 400 orang. Belum lagi penderitaan korban yang ditangkap militer mengalami berbagai macam penyiksaan. Dan Amir Biki sendiri adalah salah satu korban yang tewas diberondong peluru tentara.