Mohon tunggu...
Bung Kusansejarah
Bung Kusansejarah Mohon Tunggu... -

Indonesia Tanah Air Beta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Vito Corleone & Citra Politik Tersangka Korupsi

9 Desember 2012   14:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:56 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waktu itu, banyak pihak memprediksi Andi Alifian Mallarangeng adalah satu-satunya calon Ketua Umum Partai Demokrat yang direstui oleh keluarga Cikeas.

Dan terakhir, ketika Kongres Partai Demokrat digelar di Bandung. Andi Alifian Mallarangeng adalah calon dengan spanduk, baliho dan billboard kampanye paling banyak!

Waktu itu, tak ada satupun pihak yang mempermasalahkan: darimana Timses Andi Alifian Mallarangeng mendapatkan dana sebegitu besar untuk "belanja iklan"?

Akhirnya, Kongres dimenangkan oleh Anas Urbaningrum yang deklarasi pertamanya dilakukan di saat-saat terakhir, di Taman Ismail Marzuki dengan acara yang sederhana (lebih tepatnya, murah-meriah).

Setahun kemudian, pertengahan 2011, muncullah petaka "Wisma Atlet dan Hambalang". Nazaruddin, bendahara umum Partai Demokrat yang dipecat, selama hampir satu tahun lebih (mulai dari 2011 sampai 2012) menebar tuduhan: bahwa, Anas Urbaningrum yang menjadi pesaing dalam kongres Partai Demokrat di Bandung sebagai orang yang terlibat.

Dalam keterangan yang berubah-ubah, baik di sidang pengadilan maupun di luar sidang pengadilan, Nazaruddin terus menuduh dan memfitnah Anas Urbaningrum. Sampai sidang Nazaruddin, dan Nazaruddin terus diperiksa KPK dan menjadi saksi-saksi di persidangan, tak ada satu bukti dan logika yang menunjukkan bahwa Anas Urbaningrum terlibat.

Kasus Wisma Atlet sudah divonis. Nazaruddin ditetapkan sebagai terpidana atas korupsi yang juga melibatkan mantan anak buahnya, Mindo Rosalina Manulang dan mantan Sesmenpora Wafid Muharam.

Hambalang, sudah menemui titik terang. Dua nama telah menjadi tersangka, yaitu Dedy Kusdinar, pejabat pembuat komitmen di Kemenpora dan Andi Alifian Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga.

Lalu, apa kesimpulan dari peristiwa-peristiwa ini?

Sederhana saja: Bahwa, hukum dan citra diri dalam politik, tidak berjalan linear. Hati-hatilah merespon fitnah. Di politik, kebenaran memiliki jalannya sendiri. Bangsa ini membutuhkan rakyat yang makin cerdas untuk kejayaannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun