Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Teori Konspirasi di Seputar Penunjukan Patrick Kluivert

10 Januari 2025   23:34 Diperbarui: 10 Januari 2025   23:34 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patrick Kluivert ditunjuk PSSI sebagai pengganti Shin Tae-yong (FOTO: AFP/FABRICE COFFRINI - KOMPAS.COM/SUCI RAHAYU via Kompas.com)

Sebaliknya, ada satu hal yang justru menjungkir-balikkan teori ini. Misalnya terkait titip-menitip pemain di timnas, di mana pada era STY sempat terjadi seorang pemain kerap mendapat panggilan padahal di klubnya selalu menjadi pemain cadangan.

Bukan Pratama Arhan yang saya maksud di sini, tetapi satu pemain lain yang setelah Kongres Luar Biasa PSSI pada 16 Februari 2023 tidak pernah lagi memperkuat timnas. Padahal sebelum itu nama pemain tersebut selalu dipanggil oleh Coach Shin.

Sebuah kebetulan yang menarik, pemain tersebut adalah menantu salah satu pembesar PSSI periode lalu. Usai KLB yang menghasilkan Ketua Umum dan jajaran Komite Eksekutif baru, pejabat dimaksud tak lagi mendapat posisi.

Sulit untuk tidak menilai jika pemain tersebut adalah titipan sang mantan pejabat PSSI semasa masih berkuasa. Dengan kata lain, di era STY juga bisa kok menitipkan pemain ke timnas.

Jatuh Karena Favoritisme dan Keangkuhan

Kesimpulannya, teori konspirasi ini baik versi "uang Arab" maupun "mafia" sama-sama tidak bisa dipercaya. Bukan hanya karena tidak ada bukti maupun indikasi yang mendukung, tetapi juga karena kenyataan menunjukkan sebaliknya.

Terkait pemilihan pemain tadi, misalnya, Arhan disebut-sebut sebagai pemain kesayangan STY. Anggapan yang sulit dibantah karena pada kenyataannya, bersama-sama Witan Sulaeman, Asnawi Mangkualam, Egy Maulana Vikri dan Marselino Ferdinan, ia nyaris selalu dipanggil timnas terlepas bagaimana performanya di klub.

Cek statistik Arhan tahun lalu. Kita akan melihat bagaimana ia hanya dimainkan sebanyak 2 kali oleh Suwon FC. Jika diperdalam menjadi menit bermain, datanya bakal membuat kening berkerut semakin dalam karena amat sangat minim sekali.

Menariknya, sepanjang 2024 itu Arhan tampil sebanyak 18 kali bersama timnas. Mulai dari penampilan di Piala Asia 2023 yang digelar pada Januari 2024, hingga terakhir kali mentas di ASEAN Championship yang baru lalu.

Hal ini tentu saja mencuatkan pertanyaan, bagaimana sebenarnya kriteria STY dalam memilih pemain? Kok bisa pemain yang kurang jam terbang di level klub mendapat panggilan ke timnas?

Kita kontraskan pula dengan Stefano Lilipaly yang memiliki cerita sebaliknya. Pemain satu ini tampil sangat baik bersama Borneo FC sepanjang Liga 1 musim 2023-24, tetapi tidak sekalipun dipanggil ke timnas pada 2024 lalu.

Ini belum menyebut Saddil Ramdhani yang tidak pernah lagi dipanggil STY, padahal sosok ini menjadi penyelamat muka sang pelatih kala Indonesia ditahan imbang Filipina di awal Putaran Kedua. Saddil ditengarai terlalu vokal sehingga kemudian disingkirkan, padahal tampil reguler bersama Sabah FC di Malaysia Super League.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun