Prasangka buruk terhadap Bahrain sudah mengemuka sejak lama. Fakta bahwa Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) berasal dari Bahrain dijadikan bahan bakar untuk memperkuat pemikiran negatif menjurus liar ini.
Ketika Jay Idzes, dkk. ditahan imbang oleh Bahrain pada matchday 3 di Riffa, 10 Oktober 2024 lalu, netizen Indonesia yakin sekali wasit Ahmed Al-Kaf disuap untuk memberi hasil menguntungkan pada tuan rumah. Dasarnya adalah additional time yang melampaui waktu yang ditunjukkan fourth official di tepi lapangan.
Namun pemercaya teori ini bakal kesulitan menjelaskan kenapa Bahrain kalah 0-1 dari Tiongkok di kandang sendiri pada matchday 5? Kenapa wasit Adham Makhadmeh asal Yordania yang memimpin partai itu tidak memberi keuntungan pada Bahrain?
Menariknya, Tiongkok memenangkan pertandingan lewat gol yang dicetak Zhang Yuning pada injury time. Kejadian yang sebelas-dua belas dengan gol telat Mohammad Marhoon saat menggagalkan keunggulan 2-1 Indonesia. Apakah suap dari Tiongkok lebih besar dari yang diberikan Bahrain?
Juga, kalau memang ada konspirasi dari tim-tim Arab untuk menjegal Indonesia, kenapa Arab Saudi dibiarkan kalah ketika tandang ke Jakarta pada matchday 6? Karena fulus yang digelontorkan Bahrain kepada wasit Rustam Lutfullin asal Uzbekistan kurang besar atau bagaimana?
Bakal sangat sulit menjelaskan konstelasi di Grup C jika yang dijadikan dasar argumen adalah teori suap-menyuap. Karena itulah teori ini sangat bermasalah alias tidak layak dipercaya sama sekali.
Plot Mafia Bola?
Versi lain dari teori konspirasi ini adalah adanya plot dari mafia sepak bola untuk menggembosi timnas demi kembali menguasai PSSI. Alurnya adalah membuat performa timnas jeblok sehingga Erick Thohir, dkk. mundur, lalu mafia mengambil alih kuasa.
Sama halnya versi "uang Arab" tadi, yang satu ini juga sudah beredar sejak lama. Setiap kali ada gejolak di timnas yang menyangkut nasib STY, selalu saja disebut-sebut ada mafia di belakang kejadian-kejadian tersebut.
Narasi lanjutannya adalah kekhawatiran sepak bola Indonesia bakal kembali ke era kegelapan. Ini mengacu keadaan di era 2010-2020, alias masa-masa sebelum kedatangan Coach Shin, di mana keadaan memang tidak bisa dibilang baik.
Jika versi "uang Arab" dilandaskan pada keyakinan kualitas timnas sudah sejajar tim-tim elite Asia, versi mafia ini disandarkan pada kepercayaan jika STY adalah sosok pelatih tegas tanpa kompromi. Salah satu yang sering digembar-gemborkan adalah tidak ada lagi praktik penitipan pemain di eranya.
Namun seperti juga versi sebelumnya, tak ada bukti atau setidak-tidaknya indikasi kuat yang mendukung teori mafia ini. Bukan berarti saya tidak percaya mafia sepak bola itu ada, saya hanya tidak percaya pengaruh mereka bisa sampai menekan seorang presiden federasi untuk mengambil keputusan sebesar pemecatan pelatih timnas.