Secara hasil pertandingan, Kluivert mengemas rekor 6 kemenangan serta masing-masing 3 kali seri dan 3 kali kalah selama Maret 2015 hingga Juni 2016. Bandingkan dengan rekor timnas Curacao sebelum kedatangan Kluivert, yakni 2011-2014: 6 menang, 6 imbang dan 20 kali kalah.
Pendek kata, jumlah kemenangan Kluivert dalam 11 bulan periode kepelatihannya sudah menyamai total kemenangan Curacao tiga tahun sebelumnya. Bukankah ini rekor yang layak diberi apresiasi?
Selain itu, Kluivert mengganti kegagalan ke putaran final Piala Dunia 2018 dengan tiket dua kompetisi sekaligus. Ia membawa Curacao lolos ke Piala Karibia 2017 sekaligus Piala Emas Concacaf tahun yang sama.
Catatan hasil pertandingan Curacao di sepanjang kualifikasi dua turnamen tersebut tak kalah menakjubkan. Dari total 6 kali bertanding dari putaran pertama hingga putaran ketiga, anak asuhan Kluivert mencatatkan 5 kemenangan dan hanya sekali kalah.
Partisipasi pada 2017 itu merupakan debut Curacao di Piala Emas Concacaf. Jika rekornya diperluas dengan memasukkan kompetisi sebelumnya dengan nama lain, maka momen tersebut merupakan comeback ke level kontinental usai absen selama 40 tahun.
Inilah landasan saya menyatakan Kluivert tidak sepenuhnya gagal di Curacao. Betul, ia memang tidak bisa memenuhi target lolos ke Piala Dunia, tetapi ia menggantinya dengan satu pencapaian lain yang tak kalah bersejarah.
Menariknya, Kluivert kemudian justru mengundurkan diri. Ia meninggalkan tim yang kemudian oleh mantan asistennya, Remko Bicentini, dibawa menjuarai Piala Karibia 2017.
Hingga saat ini, trofi Piala Karibia 2017 menjadi capaian tertinggi bagi Curacao. Dan tidak boleh dimungkiri jika ada peran Kluivert dalam pencapaian tersebut.
Bagaimana dengan Indonesia?
Setelah memahami bahwa pencapaian Kluivert bersama Curacao tak bisa dibilang biasa-biasa saja, maka tidak selayaknya kita merasa pesimis. Target menembus Piala Dunia bukan yang pertama ini bagi Kluivert, meski ketika menangani Curacao ia gagal mencapainya.
Toh, kegagalannya di Curacao tidak berarti ia juga bakal gagal bersama Indonesia. Terlebih timnas kita kini memiliki skuat berkualitas oke, semua berkat kerja keras para pengurus PSSI dan dukungan penuh Pemerintah, dalam hal ini Presiden RI dan anggota Komisi X DPR RI.
Bayangkan saja, kapten Indonesia saat ini adalah bek yang memperkuat klub Serie A. Sedangkan kiper utamanya merupakan tulang punggung klub Major League Soccer di Amerika Serikat. Lalu sejumlah pemain lain merumput di Eredivisie yang merupakan kompetisi kasta tertinggi Belanda.