Perhitungan dimulai sejak namanya diumumkan sebagai pelatih Curacao pada 5 Maret 2015. Ketika itu federasi sepak bola Curacao (FFK) memberi target lolos ke Piala Dunia 2018 dan Kluivert menyatakan sanggup memenuhinya.
Namun satu kendala besar langsung mengadang: dari mana Kluivert mendapatkan pemain? Bukan cuma karena populasi Curacao yang sangat sedikit, liga domestiknya pun jauh dari kata meyakinkan untuk dapat menghasilkan pesepak bola andal.
Bayangkan saja, populasi Curacao hanya sekitar 159.000 jiwa pada saat itu. Tambahan lagi, sepak bola belum menjadi olah raga nomor satu di sana, kepopulerannya masih jauh di bawah baseball yang telah melahirkan banyak atlet hebat.
Hanya ada belasan klub sepak bola di Curacao ketika itu, kebanyakan berasal dari Willemstad yang merupakan ibu kota negara. Nyaris semuanya klub amatir, hanya sebagian kecil yang berstatus semi-profesional.
Untuk menyiasati keadaan, Kluivert memaksimalkan koneksi historis Curacao-Belanda. Sama halnya PSSI memanfaatkan jejaring keturunan Indonesia di Negeri Kincir Angin untuk memperkuat timnas Indonesia.
Berkat nama besarnya sebagai pemain, Kluivert berhasil meyakinkan sejumlah pesepak bola berkualitas baik di liga-liga Eropa untuk membela Curacao. Di antaranya adalah Eloy Room, penjaga gawang (waktu itu) Vitesse Arnhem; lalu Leandro Bacuna yang kala itu memperkuat Aston Villa, Juninho Bacuna yang merupakan saudara kandung Leandro, serta Felitciano Zschusschen.
Dengan skuat berisi mayoritas pemain kelahiran Belanda inilah Kluivert memimpin Curacao di Kualifikasi Piala Dunia 2018. Room, cs. mengawali perjuangan dengan kemenangan agregat 4-3 atas Montserrat di Putaran Pertama, sebelum mencatatkan kejutan: menyingkirkan Kuba yang merupakan tim tradisional Karibia di Putaran Kedua.
Melaju ke Putaran Ketiga, Curacao harus menghadapi tim kuat lain: El Salvador. Negara Amerika Tengah pertama yang berhasil lolos ke Piala Dunia, malah menjadi tim pertama pula yang sukses lolos dua kali, plus dua kali menjadi runner-up Piala Emas Concacaf.
Hasilnya, Curacao tersingkir usai selalu kalah dalam dua pertemuan kandang-tandang. Skor dua pertandingan tersebut identik, 0-1, sehingga menyebabkan kekalahan agregat 0-2.
Tidak Sepenuhnya Gagal
Benar, Kluivert memang tak mampu membawa Curacao ke Piala Dunia 2018. Namun, sekali lagi, jika kita melakukan penilaian secara obyektif dan menyeluruh, apa yang telah ia lakukan malah melampaui ekspektasi.
Mencapai Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia saja sudah merupakan catatan bersejarah bagi Curacao. Sebelum-sebelumnya, baik saat masih bernama Netherlands Antilles maupun setelah federasi sepak bola Curacao terbentuk pada 2011, Putaran Kedua selalu menjadi pencapaian terjauh.