Oke, ini memang bukan kota seperti yang disebutkan dalam Topik Pilihan. Namun rasa-rasanya tidak salah jika teman-teman menyimak slow living berkualitas a la para petani sawit di desa transmigrasi bernama Talang Datar, Jambi.
Kalau membaca tulisan saya sampai tuntas, sampai paragraf terakhir, pasti akan menjumpai penanda berupa nama tempat dan tanggal saya menulis artikel tersebut. Sejak tulisan yang dipublikasikan pada 1 September 2024, nama lokasi tersebut berubah dari "Pemalang" menjadi "Talang Datar".
Ya, sejak Mei lalu saya pindah. Boyongan bersama istri dan anak-anak. Sebuah peristiwa duka yang menjadi pemicu kepindahan tersebut, tetapi saya tidak akan membahas soal itu.
Alih-alih mengenang kembali kejadian menyedihkan tersebut, lebih baik kita bahas tentang gaya hidup kebanyakan penduduk di Desa Talang Datar. Sebuah kehidupan yang saya yakin sekali banyak diidam-idamkan oleh para pencari rezeki di kota-kota besar seperti Jakarta.
Bayangkan saja sebuah kehidupan di mana kebutuhan dasar sehari-hari terpenuhi. Bukan cuma asal makan, tetapi makanan bergizi yang komplet sayur-mayur dan lauk-pauk berupa telur, ikan dan daging ayam.
Biaya sekolah anak juga tercukupi, bahkan hingga si anak menempuh pendidikan tinggi. Masih bisa pula memiliki kendaraan, minimal sepeda motor satu anggota keluarga satu unit.
Bahkan kalau pandai mengatur keuangan dan kreatif memanfaatkan waktu luang yang sangat banyak, ada sejumlah besar uang yang dapat disisihkan setiap bulan. Dan semua itu dapat diperoleh dengan hanya bekerja di kebun 2 pekan sekali!
Kelapa Sawit yang Menghidupi
Kebetulan sekali pagi hingga siang tadi saya memanen kelapa sawit. Setelah ditimbang, dapatlah 1,3 ton. Dikali harga kelapa sawit per hari ini yang di kisaran Rp3.500/kg, silakan hitung sendiri berapa hasil penjualan hari ini.
Oya, itu penghasilan selama 2 pekan, sebab buah kelapa sawit biasa dipanen 2 pekan sekali. Jadi, kalikan dua untuk mendapatkan penghasilan bulanan.
Para pekerja berupah UMP di Jakarta sah-sah merasa iri. Apalagi yang di Pemalang, kabupaten termiskin di Jawa Tengah kata Vicky Prasetyo dalam debat terbuka Pilkada 2024 lalu.