Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Fenomena Cakada yang Bahkan Tidak Memilih Dirinya Sendiri dalam Pilkada 2024

1 Desember 2024   11:27 Diperbarui: 1 Desember 2024   14:14 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengungkit elektabilitas itu bisa berupa popularitas calon maupun kemampuannya dalam menyokong logistik kampanye. Maka tak peduli si kandidat warga luar daerah, bahkan diambil jauh dari provinsi lain sekalipun, asalkan punya modal tersebut bakal diajukan oleh parpol.

Di satu sisi, ini menghadirkan fenomena unik. Kok bisa ada calon kepala daerah di satu tempat, malah menyalurkan suaranya untuk calon kepala daerah tempat lain.

Di sisi lain, fenomena ini seharusnya membuat kita semua bersedih, bahkan berhak marah. Kenapa? Karena kita sebagai pemilik suara nyata-nyata hanyalah dimanfaatkan sebagai alat meraih kekuasaan oleh para politisi.

Sebagai penduduk, kita tidak diberi pilihan calon pemimpin yang merupakan putera daerah terbaik. Pilihan sosok yang betul-betul mengerti permasalahan di daerah tersebut, bahkan juga ikut bergelut di dalam masalah-masalah yang sama dengan kita para pemilih di keseharian hidupnya.

Alih-alih, parpol pengusung justru mencari-cari sosok populer yang diprediksi dapat mendulang banyak suara demi memenangkan Pilkada. Kalau calonnya masih ada hubung-kait asal-usul dengan daerah tempatnya bertarung, seperti Kris Dayanti di Kota Batu tadi, masih tidak terlalu bermasalah.

Namun kalau sampai calonnya bahkan orang yang mulanya asing sama sekali dengan daerah tempatnya mencalonkan diri, seperti Vicky Prasetyo di Pemalang, alangkah memprihatinkan sekali. Masa iya pengurus parpol di daerah tersebut tidak bisa menemukan satu sosok putera daerah yang punya potensi, sih?

Ah, sepertinya pertanyaannya salah. Yang benar adalah: masa iya pengurus parpol di daerah tersebut tidak berani mengajukan putra daerah yang punya potensi?

Talang Datar, 1 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun