Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Fenomena Cakada yang Bahkan Tidak Memilih Dirinya Sendiri dalam Pilkada 2024

1 Desember 2024   11:27 Diperbarui: 1 Desember 2024   14:14 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai informasi bagi yang belum tahu, wilayah Muaro Jambi memang melingkungi Kota Jambi seluruhnya. Membuat Kota Jambi seakan-akan sebuah exclave, serta sering dianekdotkan sebagai kuning telur dengan Muaro Jambi putih telurnya.

Bagi warga di kawasan transmigrasi Sei Bahar seperti saya, harus "menyeberangi" Kota Jambi terlebih dahulu untuk mencapai ibukota kabupaten di Sengeti. Kata "menyeberangi" tadi bisa juga diartikan secara literal, sebab dalam perjalanannya memang melintasi Jembatan Aur Duri yang membelah Sungai Batang Hari.

Untungnya, seluruh keempat cawabup Muaro Jambi masih warga lokal. Tak cuma menyumbang satu suara, mereka menjadi motor penggerak kemenangan di TPS tempat mencoblos, bahkan memenangkan seluruh desa dan kecamatan.

Misalnya cawabup nomor urut 4, Junaidi Mahir. Ketua DPD Partai Persatuan Indonesia Muaro Jambi ini menyalurkan hak suara di TPS 03 Jambi Kecil, Kecamatan Maro Sebo.

Di TPS tersebut, pasangan Bambang Bayu Suseno-Junaidi Mahir menang telak. Mereka meraup 297 dari 401 suara yang masuk, hanya menyisakan 105 suara untuk dibagi-bagi tiga paslon lain.

Lebih jauh, BBS-Jun unggul telak di Jambi Kecil dengan perolehan 1.383 dari total 1.827 suara di tingkat desa. Mereka juga menang besar di Kecamatan Maro Sebo dengan raihan 48,18% alias meraup nyaris separuh total suara masuk.

Elektabilitas di Atas Potensi Putra Daerah

Di Kota Batu, hal sama terjadi. Pasangan Kris Dayanti-Kresna Dewanata sama-sama ber-KTP luar daerah, sehingga tidak bisa memberikan suara untuk diri mereka sendiri dalam Pilkada.

Krisdayanti memang aslinya berasal dari Kota Batu, tetapi sudah sejak lama pindah domisili menyusul perkembangan karier menyanyinya di ibukota. Sedangkan Kresna masih memegang KTP Kabupaten Malang.

Firhando Gumelar yang menjadi pesaing Kris Dayanti sebetulnya juga warga luar daerah, tepatnya Surabaya. Namun calon walikota yang akrab dipanggil Mas Gum ini mengurus surat pindah memilih, sehingga dapat menyalurkan hak suara di Kota Batu sekalipun hanya boleh mencoblos surat suara pemilihan gubernur.

Di Pemalang pun demikian. Cabup nomor urut 1 Vicky Prasetyo merupakan warga Kota Bekasi, Jawa Barat, dibuktikan dari nomor induk kependudukannya yang berkode awal 327504. Sementara cawabupnya, Mochamad Suwendi, adalah warga Kabupaten Tegal.

Dari sedikit contoh di atas, di mata saya fenomena kandidat kepala daerah berasal dari luar daerah membuktikan satu hal. Bagi partai politik pengusung pasangan calon, faktor elektabilitas adalah hal paling utama di atas lain-lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun