Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Indonesia Vs Jepang adalah Kisah Murid Kalahkan Guru

16 November 2024   21:34 Diperbarui: 17 November 2024   06:39 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada musim perdana, Galatama diikuti 14 klub di mana 8 di antaranya berbasis di Jakarta. Dari nama-namanya, kita bisa menebak perusahaan apa yang menjadi induk sebuah klub kontestan liga ini.

Warna Agung, misalnya, sepenuhnya dibiayai oleh perusahaan cat bernama sama. Lalu NIAC Mitra adalah klub yang dimodali oleh New International Amusement Center. Demikian pula Pardedetex yang merupakan klub bentukan TD Pardede, raja tekstil Medan.

Hadirnya Galatama membuat iklim sepak bola nasional semakin bergairah. Terlebih klub-klub kontestan dibebaskan merekrut sebanyak mungkin pemain asing sepanjang mereka mampu membayar gajinya.

Jauh sebelum PSSI era Erick Thohir getol mendatangkan pesepak bola berdarah Indonesia, Tunas Inti sudah melakukannya di Galatama musim ketiga (1982-83). Kala itu klub Jakarta itu mendatangkan Moses Isaac dan Hans Manuputty, dua pemain asal Belanda berdarah Ambon.

Nama Galatama semakin melambung ketika kontestannya meraih hasil positif dalam pertandingan uji coba melawan klub-klub Eropa. Satu yang sering diungkit di media sosial adalah kemenangan NIAC Mitra atas Arsenal di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, pada 16 Juni 1983.

Lebih Sukses Terapkan Formula Galatama

Nama harum Galatama sampai ke telinga petinggi JFA. Kala itu Jepang belum punya liga profesional. Yang ada baru Japan Soccer League (JSL), sebuah liga amatir terdiri atas 2 divisi.

Yang membuat JFA tertarik dengan Galatama, ada kemiripan antara mayoritas kontestan liga nasional Indonesia itu dengan peserta JSL. Yakni klub-klubnya sama-sama terasosiasi dengan perusahaan-perusahaan besar nasional Jepang.

Sebutlah misalnya Mitsubishi Motors FC yang kini bernama Urawa Red Diamonds, Hitachi SC (kini Kashiwa Reysol), Furukawa Electric (kini JEF United Chiba), Nissan Motors (kini Yokohama F. Marinos) atau Yanmar Diesel FC (kini Cerezo Osaka).

Satu saja perbedaannya, seperti diceritakan mantan pemain timnas Ricky Yacobi kepada Historia (31/10/2018). Kata pesepak bola Indonesia pertama yang merumput di Liga Jepang ini, pemain klub-klub JSL mayoritas adalah karyawan perusahaan-perusahaan dimaksud.

"...misal Matsushita (kini bernama Gamba Osaka), ya pemainnya diambil dari pegawai Matsushita, bukan orang luar yang memang dikontrak karena skill-nya," tutur Yacobi kepada Historia.

Maka datanglah tim dari JFA ke Jakarta pada 1991, tahun di mana timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games Manila. Tentu tak cuma ke Indonesia, tim studi banding JFA juga menyebar ke Eropa untuk mempelajari model-model lain dari liga domestik di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun