Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Benarkah Ada Plot Negatif dari Timur Tengah untuk Menjegal Indonesia?

17 Oktober 2024   14:33 Diperbarui: 18 Oktober 2024   12:01 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kesempatan pertama, bola yang terambil dari cawan 6 adalah Korea Utara. Maka negara kembaran Korea Selatan tersebut masuk ke Grup A. Diikuti Kirgistan dari cawan 5, UEA dari cawan 4, Uzbekistan dari cawan 3, Qatar dari cawan 2 dan terakhir Iran dari cawan 1.

Jadi, demikianlah asal-usul hadirnya Qatar dan UEA di antara Iran, Uzbekistan, Kirgistan dan Korea Utara. Andai peringkat FIFA Qatar hanya beda-beda tipis dengan Iran, keduanya tak bakal segrup.

Demikian pula kenapa Korea Selatan bisa dikeroyok tim-tim Timur Tengah di Grup B. Satu-satunya penyebab karena bola yang terambil dari cawan 1 pada pengundian kedua, berisikan nama negaranya Son Heung-min.

Kalau ketika itu yang terambil bola satunya lagi, maka Jepang-lah yang bakal dikeroyok oleh--saya urutkan sesuai peringkat FIFA sekaligus asal cawannya--Irak, Yordania, Oman, Palestina dan Kuwait.

Lihat, sesimpel itu prosesnya. Hal yang sangat jamak dilakukan dalam turnamen sepak bola lainnya, entah di tingkat negara ataupun klub, baik sepak bola pria maupun wanita.

Kalau ada yang bersikukuh drawing itu sudah diatur, saya cuma minta untuk ditunjukkan bagaimana caranya.

Pengaturan Wasit

Narasi kedua adalah soal wasit, di mana berkembang anggapan--kalau tak mau disebut tuduhan--AFC sengaja menugaskan nama-nama tertentu dalam pertandingan yang melibatkan Bahrain. Tujuannya tentu saja untuk menguntungkan negara asal Presiden AFC tersebut.

Telunjuk pun diarahkan kepada Omar Mohamed Al-Ali (UAE), wasit yang memberi kartu merah pada Kusini Yengi di kubu Australia di matchday pertama Grup C. Kebetulan sekali Bahrain menang tipis 1-0 kala itu.

Menurut narasi dalam teori ini, wasit Al-Ali sengaja membiarkan para pemain Bahrain bermain kasar. Namun ketika yang melakukannya pemain Australia, langsung dihadiahi kartu.

Kartu merah untuk Australia, kata teori ini, tidak layak diberikan. Padahal, hei! Siapapun wasitnya saya yakin bakal memberikan kartu merah untuk aksi Yengi di pertandingan tersebut. Kalian enggak lihat apa pul sepatunya menghantam dagu Syaed Baqer?

Soal reaksi Baqer yang terlihat lebai, ya itu bagian dari drama dalam sepak bola. Sesuatu yang sah dilakukan tim manapun, sebab memang biasa diterapkan sebagai bagian dari strategi. Toh, para pemain Indonesia juga pernah melakukannya, kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun