Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Banjir Misinformasi jelang Tiongkok vs Indonesia

15 Oktober 2024   05:25 Diperbarui: 15 Oktober 2024   08:05 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Indonesia berkumpul sebelum menghadapi Bahrain,Kamis (10/10/2024) malam WIB. (FOTO: PSSI/ist)

Penetrasi smartphone di Indonesia semakin meningkat tahun demi tahun. Sayang, itu tak diimbangi dengan tingkat literasi penggunanya. Alhasil, misinformasi, malinformasi sampai hoaks masih saja dengan mudah dipercayai. Termasuk terkait pertandingan Tiongkok vs Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui bersama, timnas Indonesia bakal menantang tuan rumah Tiongkok di lanjutan Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Partai ini diagendakan berlangsung di Qingdao, Selasa (15/10/2024) malam nanti.

Nah, begitu tahu panitia pelaksana di Tiongkok memilih Qingdao sebagai lokasi pertandingan, mulailah berseliweran misinformasi di media sosial. Yang bikin geregetan, netizen dengan mudahnya percaya dan lantas turut menyebarkan informasi tidak benar itu.

Tentang Qingdao, misalnya, yang dikesankan sebagai sebuah kota kecil lagi terpencil. Malah ada pula yang menyebut ini merupakan strategi tuan rumah Tiongkok untuk mempersulit Indonesia.

Tujuannya tentu saja demi meraih poin maksimal, sebab tim asuhan Branko Ivankovic selalu kalah dalam tiga partai awal Putaran Ketiga. Teori begini cepat sekali dipercaya, terutama jika timnas gagal meraih kemenangan seperti di kandang Bahrain tempo hari.

Nyatanya, Qingdao tidaklah sepelosok itu. Tidak pula sekecil yang dikesankan sejumlah media.

Benar ini hanyalah kota level prefektur, bukan kota provinsi apalagi nasional (tier 1). Namun untuk urusan kemajuan dan kemegahan, banyak kota-kota besar di Indonesia yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Qingdao.

Bayangkan, Qingdao sudah punya apa yang di Indonesia disebut sebagai MRT sejak 16 Desember 2015. Kini, tak sampai 10 tahun berselang, lintasannya yang berjumlah 10 lines sudah menghubungkan nyaris seluruh bagian kota.

Bandingkan dengan Jakarta, ibukota negara kita saat ini, yang baru memiliki metro alias MRT empat tahun berselang. Dengan kata lain, Jakarta ketinggalan 4 tahun dari Qingdao soal metro. Itupun jumlah lintasan yang beroperasi baru satu. Ya, satu saja!

Lagipula, kalau memang mengikuti perkembangan olah raga nasional, seharusnya tidak asing lagi dengan nama Qingdao. Karena atlet layar Oka Sulaksana pernah bertanding di pantai kota ini saat tampil di Olimpiade 2008.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun