Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Susahnya Pesepak Bola Menembus Senayan

2 Oktober 2024   05:25 Diperbarui: 3 Oktober 2024   13:07 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 1990, Nil mendapat kesempatan magang di AC Sparta Praha di Liga Cekoslowakia. Sepulang dari sana, ia memilih kembali ke Sumatera Barat untuk memperkuat Semen Padang.

Sementara Seto merupakan pesepak bola generasi berikutnya. Ia boleh dibilang legenda hidup PSS Sleman karena sempat menjadi pemain andalan, kapten, hingga pelatih Super Elja.

Seto juga pernah memperkuat timnas Indonesia, dengan catatan 14 caps dan 3 gol. Sumbangsih pertamanya tercipta kala Tim Garuda mengalahkan Vietnam di semifinal Piala AFF 2000.

Lalu Prof. Djohar adalah eks pemain PSL Langkat dan PSMS Medan. Berbeda dengan tiga rekan seprofesinya, Djohar lebih memilih dunia manajemen dengan masuk ke organisasi olahraga setelah tak lagi merumput.

Toh, semua rekor itu tak banyak membantu perolehan suara keempat eks pemain di atas. Malah jauh dari cukup untuk mengantar mereka ke Senayan.

Sudahlah jumlah caleg eks pesepak bola amat sangat sedikit, kesemuanya gagal melaju ke Senayan pula. Membuat saya bertanya-tanya, benarkah sepak bola masih menjadi olahraga popular di negara ini?

Perwakilan Football Family

Keadaan ini boleh dikatakan sebuah kemunduran. Pasalnya, pada periode sebelumnya ada perwakilan mantan pemain dalam DPR RI, sekalipun cuma satu orang.

Satu-satunya anggota legislatif eks pesepak bola itu adalah Prof. Djohar. Malah tak hanya bermain, Djohar muda juga sempat menjadi wasit dan inspektur pertandingan.

Lalu kariernya di dunia olahraga menanjak sampai menduduki posisi Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di era Agum Gumelar, sebelum akhirnya terpilih sebagai Ketum PSSI. Masa-masa kepemimpinannya dikenang sebagai era kegelapan sepak bola Indonesia menyusul dualisme kepengurusan yang melahirkan dua timnas.

Pada Pemilu 2019, Prof. Djohar maju sebagai caleg Partai Gerindra dan bertarung di Dapil Sumatera Utara III. Perolehan suaranya ternyata bagus, sehingga menjadikannya salah satu dari 575 anggota DPR RI periode 2019-2024.

Partai Gerindra kembali mencalonkan Prof. Djohar pada Pemilu 2024 lalu, juga dari Dapil sama. Namun kali ini ia kalah bersaing dari caleg lain, senasib dengan sesama eks pesepak bola lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun