Pada tahun 1990, Nil mendapat kesempatan magang di AC Sparta Praha di Liga Cekoslowakia. Sepulang dari sana, ia memilih kembali ke Sumatera Barat untuk memperkuat Semen Padang.
Sementara Seto merupakan pesepak bola generasi berikutnya. Ia boleh dibilang legenda hidup PSS Sleman karena sempat menjadi pemain andalan, kapten, hingga pelatih Super Elja.
Seto juga pernah memperkuat timnas Indonesia, dengan catatan 14 caps dan 3 gol. Sumbangsih pertamanya tercipta kala Tim Garuda mengalahkan Vietnam di semifinal Piala AFF 2000.
Lalu Prof. Djohar adalah eks pemain PSL Langkat dan PSMS Medan. Berbeda dengan tiga rekan seprofesinya, Djohar lebih memilih dunia manajemen dengan masuk ke organisasi olahraga setelah tak lagi merumput.
Toh, semua rekor itu tak banyak membantu perolehan suara keempat eks pemain di atas. Malah jauh dari cukup untuk mengantar mereka ke Senayan.
Sudahlah jumlah caleg eks pesepak bola amat sangat sedikit, kesemuanya gagal melaju ke Senayan pula. Membuat saya bertanya-tanya, benarkah sepak bola masih menjadi olahraga popular di negara ini?
Perwakilan Football Family
Keadaan ini boleh dikatakan sebuah kemunduran. Pasalnya, pada periode sebelumnya ada perwakilan mantan pemain dalam DPR RI, sekalipun cuma satu orang.
Satu-satunya anggota legislatif eks pesepak bola itu adalah Prof. Djohar. Malah tak hanya bermain, Djohar muda juga sempat menjadi wasit dan inspektur pertandingan.
Lalu kariernya di dunia olahraga menanjak sampai menduduki posisi Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di era Agum Gumelar, sebelum akhirnya terpilih sebagai Ketum PSSI. Masa-masa kepemimpinannya dikenang sebagai era kegelapan sepak bola Indonesia menyusul dualisme kepengurusan yang melahirkan dua timnas.
Pada Pemilu 2019, Prof. Djohar maju sebagai caleg Partai Gerindra dan bertarung di Dapil Sumatera Utara III. Perolehan suaranya ternyata bagus, sehingga menjadikannya salah satu dari 575 anggota DPR RI periode 2019-2024.
Partai Gerindra kembali mencalonkan Prof. Djohar pada Pemilu 2024 lalu, juga dari Dapil sama. Namun kali ini ia kalah bersaing dari caleg lain, senasib dengan sesama eks pesepak bola lainnya.