Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Catatan di Balik Kelolosan Indonesia ke Piala Asia U20 2025

1 Oktober 2024   05:25 Diperbarui: 1 Oktober 2024   08:57 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jens Raven (9) menjadi bintang Indonesia di Kualifikasi Piala Asia U20 2025. (Sindonews.com/Aldhi Chandra Setiawan)

Namun kokohnya lini belakang tak diimbangi dengan rapihnya lini tengah. Alhasil, para pemain Yaman berkali-kali dapat dengan leluasa menusuk jauh hingga ke kotak penalti Indonesia.

Keadaan ini membuat Kadek dan Iqbal kerap kali menghadapi situasi sulit. Sampai-sampai membuat mereka harus menghentikan pergerakan lawan dengan keras, sehingga membuahkan kartu kuning dari wasit.

Proses terjadinya gol balasan Yaman oleh Abdurrahman Al Khadher mempertontonkan betapa mudahnya bola melewati lini tengah Indonesia, lalu tahu-tahu saja sudah berada di depan kotak penalti.

Skema Template

Lini tengah yang melempem juga berimbas pada kurangnya daya gedor serangan. Para pemain di posisi ini lebih sibuk mengejar lawan yang siap mengancam area pertahanan ketimbang mengolah bola untuk kemudian didistribusikan ke lini depan.

Akibatnya, Raven harus rajin-rajin turun demi menjemput bola yang kerap tertahan di tengah, juga terkadang bergerak lebih melebar. Begitu dapat bola ia musti membawanya sendiri ke kotak penalti, membuat pergerakannya mudah terbaca dan dipatahkan lawan.

Dengan lini tengah minim kreativitas seperti ini, tak heran bila Indonesia hanya bisa melepas sebanyak 6 tembakan ke gawang Yaman. Itupun setengahnya melenceng dari sasaran.

Alih-alih merancang ancaman secara rapi dari bawah, para pemain Indonesia lebih sering melakukan serangan balik cepat. Mengandalkan kecepatan sayap-sayap yang menjelajahi tepi lapangan, lalu diakhiri umpan silang ataupun umpan tarik ke kotak penalti.

Skema seperti itulah yang menjadi proses terjadinya gol Raven pada injury time babak pertama. Di mana aliran bola diawali dari pergerakan Muhammad Ragil di sisi kiri pertahanan Yaman, lalu dipungkasi umpan silang ke kotak penalti.

Raven jadi satu-satunya pemain Indonesia yang berada di kotak penalti Yaman ketika Ragil melepas umpan. Tak ada pemain lain di sekitarnya, menjadi bukti lain jika lini tengah kurang memberi sokongan pada serangan yang tengah dilakukan teman-temannya. 

Beruntung Raven memiliki kontrol bola bagus, juga unggul dalam duel satu-lawan-satu, sehingga tetap dapat menguasai bola dan bahkan melepas tembakan ke gawang sekalipun dikurung tiga pemain lawan.

Berbenah Jelang Turnamen Sesungguhnya

Kelemahan Indonesia tersebut sebetulnya sudah terlihat saat melawan Timor Leste di pertandingan kedua Grup F. Sekalipun menang dengan skor meyakinkan, menurut saya anak-anak asuhan Coach Indra justru kalah secara permainan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun