Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Catatan di Balik Kelolosan Indonesia ke Piala Asia U20 2025

1 Oktober 2024   05:25 Diperbarui: 3 Oktober 2024   12:56 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntung ada duet kokoh Kadek Arel dan Iqbal Gwijangge di lini belakang. Membuat Ikram tak terlampau kerepotan dan hanya perlu menepis tiga shot on goal lawan yang mengancam gawangnya.

Namun kokohnya lini belakang tak diimbangi dengan rapihnya lini tengah. Alhasil, para pemain Yaman berkali-kali dapat dengan leluasa menusuk jauh hingga ke kotak penalti Indonesia.

Keadaan ini membuat Kadek dan Iqbal kerap kali menghadapi situasi sulit. Sampai-sampai membuat mereka harus menghentikan pergerakan lawan dengan keras, sehingga membuahkan kartu kuning dari wasit.

Proses terjadinya gol balasan Yaman oleh Abdurrahman Al Khadher mempertontonkan betapa mudahnya bola melewati lini tengah Indonesia, lalu tahu-tahu saja sudah berada di depan kotak penalti.

Skema Template

Lini tengah yang melempem juga berimbas pada kurangnya daya gedor serangan. Para pemain di posisi ini lebih sibuk mengejar lawan yang siap mengancam area pertahanan ketimbang mengolah bola untuk kemudian didistribusikan ke lini depan.

Akibatnya, Raven harus rajin-rajin turun demi menjemput bola yang kerap tertahan di tengah, juga terkadang bergerak lebih melebar. Begitu dapat bola ia musti membawanya sendiri ke kotak penalti, membuat pergerakannya mudah terbaca dan dipatahkan lawan.

Dengan lini tengah minim kreativitas seperti ini, tak heran bila Indonesia hanya bisa melepas sebanyak 6 tembakan ke gawang Yaman. Itupun setengahnya melenceng dari sasaran.

Alih-alih merancang ancaman secara rapi dari bawah, para pemain Indonesia lebih sering melakukan serangan balik cepat. Mengandalkan bola-bola jauh yang dipadu kecepatan sayap-sayap di kedua sisi lapangan, lalu diakhiri umpan silang ataupun umpan tarik ke kotak penalti.

Skema seperti itulah yang menjadi proses terjadinya gol Raven pada injury time babak pertama. Di mana aliran bola diawali dari pergerakan Muhammad Ragil di sisi kiri pertahanan Yaman, lalu dipungkasi umpan silang ke kotak penalti.

Raven jadi satu-satunya pemain Indonesia yang berada di kotak penalti Yaman ketika Ragil melepas umpan. Tak ada pemain lain yang bersiaga di sekitar striker keturunan DI Yogyakarta tersebut. 

Beruntung Raven memiliki kontrol bola bagus, juga unggul dalam duel satu-lawan-satu, sehingga tetap dapat menguasai bola dan bahkan melepas tembakan ke gawang sekalipun dikurung tiga pemain lawan. Andai Raven gagal, bola dipastikan menjadi milik Yaman karena tak ada pemain Indonesia di second line.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun