Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Warna Baru Persaingan Antarklub Eropa

18 September 2024   05:25 Diperbarui: 18 September 2024   09:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AKHIRNYA, kompetisi antarklub Eropa yang dinamai "league" benar-benar diselenggarakan sebagai sebuah liga. Meski tak memakai sistem kompetisi penuh dan alih-alih mengadopsi aturan yang umum dipakai dalam turnamen catur.

Selamat datang di format baru Liga Champions 2024-25. Format yang secara bersamaan juga diberlakukan pada kompetisi-kompetisi antarklub level kontinental lainnya di bawah UEFA.

Berbeda dengan format sebelumnya yang berlaku sejak musim 1992-93, mulai sekarang tak ada lagi fase grup di Liga Champions Eropa. Distribusi empat kontestan ke dalam setiap grup dari A sampai H, di mana juara dan runner-up masing-masing grup lolos ke fase gugur, juga hanya tinggal cerita.

Yang ada sekarang adalah fase liga. Di mana seluruh 36 kontestan bakal bersaing memperebutkan tiket ke fase gugur dalam satu papan klasemen yang sama.

Tim peringkat 1-8 klasemen akhir berhak lolos otomatis ke babak 16 Besar, sedangkan tim peringkat 9-24 harus melalui pertandingan play-off kandang-tandang terlebih dahulu untuk mendapatkan delapan tiket tersisa.

Lalu yang paling revolusioner adalah ini: tak ada lagi skema degradasi ke level kompetisi lebih rendah seperti sebelumnya. Tim yang menduduki peringkat 25 ke bawah bakal tereliminasi dari seluruh kompetisi UEFA musim berlangsung

Maka, kisah Sevilla yang gagal bersaing di Liga Champions tetapi kemudian menjuarai Europa League 2022-23, juga Olympiacos yang tereliminasi dari fase grup Europa League tetapi lantas mengangkat trofi UEFA Conference League musim lalu, tak akan terulang lagi.

Sistem Swiss

Menyatukan 36 tim ke dalam satu papan klasemen tidak berarti membuat mereka saling bertemu satu sama lain. Jangankan memakai sistem kompetisi penuh, dengan setengah kompetisi saja bakal sangat melelahkan baik bagi klub maupun penyelenggara.

Belum lagi ancaman gelombang protes dari manajer-manajer liga top Eropa. Juga potensi kelelahan akut yang dipastikan menimpa para pemain, utamanya andalan timnas negara masing-masing.

UEFA pun harus memutar otak untuk menyatukan keinginan menghadirkan kompetisi yang lebih seru, lebih ketat, lebih menguntungkan, sekaligus tidak terlalu memberatkan kontestan. Juga yang bisa mengikat klub-klub top Eropa agar tak lagi punya ide membuat kompetisi tandingan.

Akhirnya, tibalah pada ide untuk mengadopsi aturan catur. Adalah skema kompetisi yang lebih dikenal sebagai Swiss-system Tournament, biasa disingkat Swiss Tournament saja, yang kemudian diadopsi. Menggantikan skema fase grup lama yang dinilai kurang greget.

Dengan aturan baru, masing-masing tim akan melakoni 8 pertandingan di fase liga. Siapa-siapa saja yang menjadi lawan ditentukan secara acak oleh sistem komputer. Termasuk di pertandingan mana tim tersebut menjadi tuan rumah dan kapan bertindak sebagai tamu.

Hasil-hasil dalam 8 pertandingan itu ditotal, lalu dijadikan dasar pemeringkatan masing-masing tim dalam klasemen. Perhitungannya tetap sama seperti pada umumnya, yakni kemenangan dihargai 3 poin, imbang 1 poin dan kalah nirpoin. Demikian pula aturan tiebreaks.

Bedanya dengan catur, pemeringkatan dalam klasemen fase liga Liga Champions hanyalah semacam penyaring. Sebagai penentu lolos-tidaknya sebuah tim ke fase selanjutnya, yakni fase gugur yang dijalankan dengan sistem eliminasi.

Sedangkan dalam turnamen catur, yang keluar sebagai juara adalah kontestan dengan perolehan nilai tertinggi di klasemen akhir. Paling tinggi di antara seluruh pesaing setelah semuanya memainkan 5-8 pertandingan, tergantung jumlah peserta.

Lebih Seru?

Akankah Liga Champions beserta kompetisi UEFA turunannya berjalan lebih seru dengan format baru ini? Masih harus dinantikan sampai akhir musim.

Yang jelas, dengan format yang sekarang ini semua ke-36 kontestan benar-benar saling jegal satu sama lain. Seluruhnya harus saling sikut-sikutan demi mendapatkan tiket ke fase gugur.

Tidak seperti sebelumnya, di mana masing-masing kontestan hanya bersaing dengan tiga tim lain yang segrup dengannya. Lalu biasanya tim unggulan tampil dominan untuk menjuarai grup dengan mudah.

Dari segi jumlah lawan yang dihadapi, format baru ini menawarkan petualangan lebih berwarna. Di fase gugur saja, setiap tim harus menghadapi 8 lawan berbeda. Belum ditambah 4-5 lawan lain di fase gugur, tergantung melalui play-off 16 Besar atau tidak.

Liverpool, misalnya. Lawan-lawannya di fase liga adalah AC Milan, Bologna, Red Bull Leipzig, Bayer Leverkusen, Real Madrid, Girona, Lille dan PSV Eindhoven. Delapan tim dari 5 negara berbeda.

Cuma membandingkan angkanya saja, total lawan di fase liga musim ini bahkan lebih banyak dari jumlah seluruh lawan yang dihadapi Liverpool saat menjuarai Liga Champions 2018-19.

Total 12-13 lawan berbeda ini jelas lebih berwarna ketimbang format sebelumnya. Yakni hanya 3 tim di fase grup, lalu ditambah 4 tim lainnya di fase gugur hingga partai final. Keseluruhannya cuma 7.

Tambahan lagi, penonton sudah langsung disuguhi big match sejak fase pertama. Tak perlu menunggu sampai fase gugur untuk menyaksikan tim-tim besar saling bantai.

AC Milan vs Liverpool di Matchday 1 dini hari tadi, misalnya, merupakan ulangan final 2005 dan 2007. Juga masih ada Manchester City vs Inter Milan, Juventus vs PSV Eindhoven atau Feyenoord vs Bayer Leverkusen yang tak kalah seru.

Berpotensi Lebih Cuan

Dari segi pendapatan, format baru ini berpotensi menghasilkan cuan lebih besar bagi UEFA maupun klub. Pasalnya, kini setiap kontestan minimal bertanding sebanyak 8 kali. Berbanding hanya 6 kali dalam format sebelumnya.

Tim yang keluar sebagai juara Liga Champions 2024-25 bakal melakoni total 15 laga. Rinciannya 8 pertandingan di fase liga dan 7 di fase gugur.

Jika sang juara melaju ke fase gugur dari peringkat 9-24, jumlah pertandingannya menjadi 17 buah. Karena ia masih harus melewati partai play-off yang dilangsungkan home-away alias bertambah 2 laga.

Angka tersebut lebih banyak dari yang dijalani juara musim lalu. Real Madrid melalui masing-masing 6 pertandingan di fase grup, lalu 7 di fase gugur sebelum mengalahkan Borussia Dortmund di Stadion Wembley, London. Totalnya 13.

Bukankah lebih banyak pertandingan berbanding lurus dengan semakin banyak bagi hasil dari hak siaran langsung? Belum lagi dari pendapatan tiket masuk karena jumlah laga kandang di fase pertama saja bertambah menjadi 4 buah.

Artinya, kontestan Liga Champions musim ini tak perlu melaju terlalu jauh untuk menggembol uang banyak. Bagi tim-tim kasta bawah Eropa, persenan hak siar dan pendapatan tiket masuk dari 4 laga kandang sudah lebih dari cukup sebagai hadiah.

Namun demikian tentu saja bukannya tak ada kekurangan dari format baru ini. Akan selalu ada pihak-pihak yang merasa dirugikan, misalnya karena mendapat hasil undian tak mengenakkan.

Coba saja tanyakan pada Nasser Al-Khelaifi, CEO Paris Saint-Germain. Dalam siaran langsung drawing di Grimaldi Forum, Monako, 29 Agustus lalu, terlihat ekspresi wajahnya tegang menyaksikan PSG mendapatkan lawan-lawan berat di fase liga.

Bayangkan, belum-belum PSG sudah harus berhadapan dengan Arsenal, Atletico Madrid, Bayern Munich dan Manchester City di fase pertama. Sementara Girona, PSV Eindhoven, Red Bull Salzburg dan VfB Stuttgart juga bukan tergolong lawan yang mudah ditundukkan.

Pendek kata, di atas kertas format baru ini menawarkan warna yang lebih semarak. Menjanjikan keseruan bahkan sejak matchday perdana.

Talang Datar, 17 September 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun