Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Warna Baru Persaingan Antarklub Eropa

18 September 2024   05:25 Diperbarui: 18 September 2024   09:05 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya, tibalah pada ide untuk mengadopsi aturan catur. Adalah skema kompetisi yang lebih dikenal sebagai Swiss-system Tournament, biasa disingkat Swiss Tournament saja, yang kemudian diadopsi. Menggantikan skema fase grup lama yang dinilai kurang greget.

Dengan aturan baru, masing-masing tim akan melakoni 8 pertandingan di fase liga. Siapa-siapa saja yang menjadi lawan ditentukan secara acak oleh sistem komputer. Termasuk di pertandingan mana tim tersebut menjadi tuan rumah dan kapan bertindak sebagai tamu.

Hasil-hasil dalam 8 pertandingan itu ditotal, lalu dijadikan dasar pemeringkatan masing-masing tim dalam klasemen. Perhitungannya tetap sama seperti pada umumnya, yakni kemenangan dihargai 3 poin, imbang 1 poin dan kalah nirpoin. Demikian pula aturan tiebreaks.

Bedanya dengan catur, pemeringkatan dalam klasemen fase liga Liga Champions hanyalah semacam penyaring. Sebagai penentu lolos-tidaknya sebuah tim ke fase selanjutnya, yakni fase gugur yang dijalankan dengan sistem eliminasi.

Sedangkan dalam turnamen catur, yang keluar sebagai juara adalah kontestan dengan perolehan nilai tertinggi di klasemen akhir. Paling tinggi di antara seluruh pesaing setelah semuanya memainkan 5-8 pertandingan, tergantung jumlah peserta.

Lebih Seru?

Akankah Liga Champions beserta kompetisi UEFA turunannya berjalan lebih seru dengan format baru ini? Masih harus dinantikan sampai akhir musim.

Yang jelas, dengan format yang sekarang ini semua ke-36 kontestan benar-benar saling jegal satu sama lain. Seluruhnya harus saling sikut-sikutan demi mendapatkan tiket ke fase gugur.

Tidak seperti sebelumnya, di mana masing-masing kontestan hanya bersaing dengan tiga tim lain yang segrup dengannya. Lalu biasanya tim unggulan tampil dominan untuk menjuarai grup dengan mudah.

Dari segi jumlah lawan yang dihadapi, format baru ini menawarkan petualangan lebih berwarna. Di fase gugur saja, setiap tim harus menghadapi 8 lawan berbeda. Belum ditambah 4-5 lawan lain di fase gugur, tergantung melalui play-off 16 Besar atau tidak.

Liverpool, misalnya. Lawan-lawannya di fase liga adalah AC Milan, Bologna, Red Bull Leipzig, Bayer Leverkusen, Real Madrid, Girona, Lille dan PSV Eindhoven. Delapan tim dari 5 negara berbeda.

Cuma membandingkan angkanya saja, total lawan di fase liga musim ini bahkan lebih banyak dari jumlah seluruh lawan yang dihadapi Liverpool saat menjuarai Liga Champions 2018-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun