Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

"Memilih Caleg Itu Ibarat Mendorong Sepeda Motor Mogok"

12 Februari 2024   00:17 Diperbarui: 12 Februari 2024   10:04 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat suara Pemilu 2024 untuk DPRD Kab. Pemalang Dapil 2. FOTO: Robby Bernardi/detikJateng

Karena itu saya seketika mengulum senyum ketika ada seorang calon pemilih membuat satu perumpamaan menarik mengenai caleg. Katanya, memilih caleg itu ibarat membantu orang yang sepeda motornya mogok di jalan.

Sebagian dari kita pasti pernah mengalami kejadian demikian. Tahu-tahu melihat ada sepeda motor mogok di jalan dan berinisiatif membantu si pengendara.

Seringkali kita tidak kenal siapa pengendara tersebut. Melihat mukanya pun baru kali itu, apatah lagi tahu namanya.

Begitu sepeda motor bisa menyala, si pengendara mengucapkan terima kasih dan berlalu pergi. Entah kapan kita bisa bertemu lagi dengannya. Bahkan mungkin tidak akan pernah lagi bersua dan kemudian lupa akan kejadian itu.

Demikian halnya memilih caleg, kata calon pemilih tadi. Sebut saja namanya Tarjani, masih ada hubungan kekerabatan dengan pihak keluarga istri saya. Beliau sedang makan siang ketika saya datangi rumahnya pada Ahad (11/02/2024) lalu.

"Kita tidak pernah kenal siapa caleg itu, bertemu juga tidak pernah. Terus, kita bantu dia dengan cara mencoblos namanya dalam Pemilu.

"Setelah Pemilu, ya sudah. Caleg itu pergi begitu saja dan tidak akan mengingat kita para pemilihnya," ujar Tarjani, dengan nada bicara dan raut wajah datar.

Saya menanggapi ucapannya dengan senyuman. Sembari di dalam hati mebenarkan, ya memang begitulah kenyataannya.

Jangan kata para pemilih di dapilnya, bahkan alat-alat peraga kampanyenya ditelantarkan begitu saja ketika masa tenang datang. Dibiarkan menjadi sampah dan ujung-ujungnya masyarakat sekitar yang membersihkan.

Alhasil, tak cuma mendorong sepeda motor mogok. Bahkan muka kita juga kena asap dari knalpot ketika si pengendara kembali melaju usai ditolong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun