Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Wacana 20 Klub di Liga 1, Kepentingan Siapa Sebenarnya?

9 Januari 2024   17:07 Diperbarui: 9 Januari 2024   22:24 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain PSIS Semarang merayakan gol di Liga 1 2023-24. FOTO: PSSI.org

Ada juga klub penghuni papan atas Liga 1 yang membayar gaji pemainnya secara mencicil. Sebut saja namanya PSIS Semarang.

Betul, masih bagus gaji pemain tetap dibayar sekalipun dengan cara dicicil. Namun poinnya adalah, dengan format sekarang yang 18 klub saja ada sejumlah klub yang sampai berdarah-darah keuangannya.

Jadi, alih-alih mengembangkan kuantitas alias menambah jumlah peserta, akan jauh lebih baik dan bermanfaat jika PSSI membantu meningkatkan kualitas tim-tim kontestan Liga 1. Quality over quantity.

Tidak masalah Liga 1 hanya berisikan 12 tim, tetapi semuanya sehat dan dapat dibanggakan ketika mewakili Indonesia di kancah Asia. Semuanya benar-benar merupakan sebuah klub sepakbola dengan standar tinggi.

Toh, dengan kontestan lebih sedikit para pemain tak perlu lagi bermain tiap lima hari. Mainnya cukup sepekan sekali saja, jadi tenaga dan level kebugaran pemain lebih baik. Di mana hal ini akan berefek pada kualitas tiap pertandingan liga.

Dari segi operasional klub, menghadapi 11 lawan dalam total 22 pertandingan semusim tentulah biayanya lebih sedikit dari melawan 17 apalagi 19 tim dengan menjalankan total 34-38 laga. Berat di ongkos, apalagi kalau tim asal Sumatera harus tandang ke Indonesia Timur atau sebaliknya.

Harapannya, dengan liga yang ramping keuangan klub tak lagi terkuras banyak hanya untuk tiket pesawat dan sewa hotel. Pemain juga tidak banyak kecapaian di perjalanan dengan jarak antarlaga yang terhitung rapat.

Dengan kondisi finansial lebih baik, semoga tak ada lagi cerita gaji pemain terlambat ataupun dicicil pembayarannya. Semoga pula klub jadi punya kemampuan untuk membangun training center, setidak-tidaknya punya gym sendiri di mes pemain.

Kalau ada yang protes 22 pertandingan dalam semusim terlalu sedikit, itulah alasan untuk menghidupkan kembali turnamen tahunan Piala Indonesia. Kapan terakhir kali kita menyaksikan tim Liga 3 bertanding melawan tim Liga 1?

Saya yakin, sebagai seorang pebisnis Erick Thohir lebih paham soal-soal beginian. Jadi, tak perlulah saya menjabarkan panjang kali lebar, beliau pasti jauh lebih mengerti dan tahu harus melakukan apa.

Salam satu bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun