INI salah satu kisah dalam Alkitab yang paling dramatis. Bagaimana seorang murid tega berkhianat membocorkan siapa dan di mana gurunya berada, lalu menerima 30 keping perak sebagai imbalan.
Ya, yang saya maksud adalah adegan ketika Yudas Iskariot mendatangi pemuka-pemuka Yahudi di Yudea. Dari mulutnyalah diketahui di mana Yesus dari Nazareth bisa ditemui, sehingga kemudian sepasukan tentara Romawi mengepung Getsemani.
Ketika itu Yudas datang paling depan, lalu memberi salam pada Yesus. Diciumnya pipi sang guru, tetapi bukan sebagai wujud penghormatan.
Ciuman Yudas malam itu adalah pertanda bagi tentara Romawi yang datang bersamanya. Sosok yang ia cium itulah yang sedang diincar dan musti ditangkap.
Terjadilah apa yang kemudian terjadi. Yesus ditangkap dan diadili, sampai akhirnya disalib di Bukit Tengkorak di luar tembok kota Yerusalem.
Oya, sekalipun muslim sejak lahir, lingkungan dan pergaulan masa kecil membuat saya punya ketertarikan pada Alkitab. Utamanya kisah-kisah para nabi yang disampaikan jauh lebih detail ketimbang dalam Al-Qur'an.
Terkait kisah pengkhianatan Yudas ini, ada satu keingin-tahuan turunan yang kemudian muncul di kepala. Berapakah nilai 30 keping perak yang diberikan pemuka-pemuka Yahudi jika dikonversi dengan uang sekarang?
Penasaran juga kan, kalau dalam rupiah kira-kira berapakah imbalan yang diperoleh Yudas dari para pemuka Yahudi ketika itu?
Uang Perak yang Mana?
Negosiasi antara Yudas dan para pemuka Yahudi diceritakan dalam Matius 26:15. Alkitab versi Indonesia hanya menyebutkan "tiga puluh uang perak" atau "tiga puluh keping perak" (sumber).
Bagaimana dengan Bible alias Alkitab versi bahasa Inggris? Sama saja, hanya menyebutkan "silver coins".
Tidak ada keterangan tambahan yang dapat memudahkan identifikasi uang perak apa yang dimaksud. Hal yang membuat beberapa pengkaji dan peneliti berbeda pendapat.
Donald John Wiseman, seorang arkeologis yang juga Profesor Assyriologi asal Inggris, menyodorkan dua kemungkinan uang perak yang dimaksud dalam Alkitab. Pendapat ini termaktub dalam bukunya, Illustrations from Biblical Archaeology (London: Tyndale Press, 1958).
Kemungkinan pertama adalah koin perak tetradrachm asal Tirus yang umum dipergunakan di era Yunani Kuno, biasa disebut sebagai shekel Tirus. Sedangkan yang kedua adalah koin starter dari Antiokhia yang bergambar kepala Kaisar Octavianus Augustus.
Selain dua itu, ada pendapat lain yang beranggapan koin perak yang dimaksud dalam Alkitab adalah tetradrachm asal Kerajaan Ptolemaik. Kerajaan ini berlokasi di Mesir sekarang, sehingga sangat memungkinkan jika koin-koinnya juga digunakan di Yudea yang berdekatan.
Kita terima saja pendapat Wiseman. Jadi kita lakukan konversi berdasarkan dua koin perak yang ia sebutkan dalam bukunya.
Menghitung Kadar Perak
Caranya? Paling mudah (meski tentu saja tidak bisa dibilang tepat 100%) adalah dengan mengetahui bobot dan kadar perak dalam setiap koin. Nanti tinggal dihitung saja berapa total bobot perak, dikali harga perak dengan kadar sama di pasaran saat ini.
Masalahnya, kadar perak dalam masing-masing koin kuna yang diajukan Wiseman tadi berbeda-beda. Kadar perak shekel Tirus 94%, lalu kadar perak dalam stater Antiokhia 75%, sedangkan dalam tetradrachm Ptolemaik hanya 25%.
Jalan tengahnya, bagaimana kalau kita pakai saja shekel Tirus sebagai koin dengan kadar perak tertinggi? Ini semata-mata agar konversi nilai perak menjadi lebih akurat.Â
Selain itu, shekel Tirus inilah yang oleh para imam Yahudi pada masa itu diterima sebagai alat pembayaran pajak (atau semacam zakat?) di Bait Allah. Besar kemungkinan koin ini pulalah yang diberikan pada Yudas sebagai imbalan.
Oke, coba kita mulai hitung. Dari berbagai sumber didapatlah keterangan jika bobot sekeping shekel Tirus seberat 14 gram. Kalau kadar peraknya 94%, artinya kandungan perak dari 14 gram itu adalah sebanyak 13,16 gram.
Tinggal kalikan saja dengan 30 keping uang diterima Yudas. Maka berat totalnya adalah 13,16 x 30 = 394,8 gram.
Untuk harga perak terkini, saya gunakan laman Indogold sebagai patokan. Alasannya karena di Indogold tertera jelas tanggal pembaruan harganya, juga berapa harga per gram.
Soal perbedaan kadar antara shekel Tirus yang 94% dengan perak murni Indogold yang 99,99% sudah kita atasi tadi. Yakni dengan langsung menghitung kandungan perak per keping koin berdasarkan persentase kadar.
Per 25 Desember 2023, harga perak murni di laman Indogold adalah Rp17.655 untuk beli, dan Rp12.900 untuk jual. Terus, yang mau dipakai harga yang mana, nih?
Tolong koreksi jika salah, saya mengambil harga beli yang sebesar Rp12.900 sebagai dasar perhitungan. Sebelumnya kita bulatkan saja jadi Rp13.000/gram.
Maka, jika hanya menghitung kandungan perak dalam 30 keping koin yang diterima Yudas, yang berbobot total 394,8 gram, nilainya setara dengan Rp13.000 x 394,8 = Rp5.132.400.
Perbandingan Gaji
Hmm, kok terlalu sedikit, ya? Rasanya tidak mungkin deh jika imbalan Yudas hanya senilai itu.
Bayangkan saja, yang Yudas berikan adalah informasi A1 tentang sosok yang paling diinginkan saat itu. Saya yakin sekali imbalan yang diterima olehnya jauh lebih banyak.
Jika tadi yang dihitung adalah nilai perak yang terkandung dalam kepingan koin, coba kita hitung berdasarkan nilainya. Alasannya, sangat boleh jadi nilai intrinsik sebuah uang koin tidak mencerminkan nilai ekstrinsiknya.
Cara yang paling mendekati adalah dengan mencari tahu standar gaji atau biaya hidup orang kebanyakan pada masa itu. Bisa juga dengan mencari tahu harga barang-barang, lalu dibandingkan dengan harga di masa kini.
Sebenarnya dalam Matius pasal 20 ada informasi mengenai standar gaji pada masa itu. Meski berupa perumpaan, tetapi penulis Matius tentulah mendasarkannya pada upah aktual pekerja kebun anggur di masa ia hidup.
Dalam versi bahasa Indonesia disebutkan jika upah pekerja kebun anggur adalah sedinar sehari. Ini menurut saya tidak mungkin, sebab satu dinar itu sekeping emas berbobot 4 gram lebih.
Saya coba melongok Bible alias Alkitab dalam bahasa Inggris. Maka didapatlah kata "denarius" atau denarii, di mana ini memang sebutan bagi koin perak Romawi yang berlaku pada masa Yesus hidup.
Jadi, upah satu hari kerja bagi buruh di kebun anggur ketika itu adalah satu denarii. Sekarang tinggal kita konversikan ke dalam upah harian pekerja yang kira-kira selevel di Indonesia.
Bagaimana kalau kita pakai upah tukang bangunan? Karena sama-sama biasa dihitung harian dan levelnya pun kurang-lebih sama dengan pekerja kebun anggur.
Di Pemalang sini upah harian tukang Rp120.000 sehari, tanpa makan. Pemberi kerja hanya berkewajiban memberi suguhan minuman dan camilan, plus rokok.
Katakanlah totalnya Rp150.000 kalau diuangkan semua. Maka kalikan 30 untuk menyamakannya dengan jumlah kepingan uang diterima Yudas. Hasilnya, Rp4.500.000.
Simbol Merendahkan Kristus
Hmm, kok hasilnya malah lebih sedikit dari cara pertama, ya? Ada apa ini?
Dua perhitungan di atas sama-sama dilakukan oleh beberapa situs yang pernah saya baca. Bedanya, mereka memakai valuasi US dollar tentu saja, sedangkan saya pakai rupiah.
Namun konversi dalam USD pun sama rendahnya. Laman GR Coins mengkonversi 30 keping perak yang diterima Yudas menjadi US$ 264,60 atau bulatkan saja US$265 (sumber).
Dalam rupiah, per artikel ini ditulis nominal tersebut setara dengan Rp4.098.755 menurut konversi Google. Malah lebih rendah lagi dari hasil perhitungan saya di sini.
Jadi, apa sebenarnya yang ingin disampaikan Alkitab dari kisah 30 keping perak yang diterima Yudas? Saya jadi curiga ini sebenarnya sebentuk pesan simbolisas.
Dalam Zakharia 11 ada kisah yang sama-sama menyebutkan 30 keping perak. Yakni ketika Zakharia meminta upah kepada Bani Israel atas apa yang sudah ia lakukan, lalu sejumlah itulah yang beliau terima.
Alih-alih menerimanya, Zakharia yang kecewa lantas memasukkan uang tersebut ke kas Bait Allah. Hal sama yang dilakukan Yudas setelah mengetahui seberapa banyak imbalan yang ia terima dari pemuka-pemuka Yahudi.
Dari dua kisah ini saya menyimpulkan, tidaklah penting berapa nilai 30 keping perak itu menurut hitungan uang sekarang. Jumlah tersebut adalah simbol bagi sikap Bani Israel atau orang-orang Yahudi yang merendahkan utusan-utusan Tuhan yang dikirimkan bagi mereka. Juga tentu saja menyepelekan pesan-pesan yang dibawa para utusan.
Maka, dari kisah ini hendaknya kita juga belajar, betapa pesan dan ajaran Tuhan jangan sampai diabaikan. Apalagi ditukar murah hanya demi mengejar hasrat duniawi berupa harta, benda, pangkat dan kedudukan.
Akhir kata, selamat merayakan Natal bagi teman-teman Kompasianer yang merayakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H