Kemudian kompetisinya juga musti berlangsung dalam sistem penuh sebagaimana layaknya liga-liga amatir Eropa. Dengan demikian setiap tim memainkan jumlah pertandingan yang sama banyak, baik yang keluar sebagai juara maupun yang menghuni zona merah.
Asprov yang punya banyak klub bisa merancang Liga 3 berjenjang, seperti diterapkan oleh Jawa Barat dengan Seri 2 dan Seri 1. Di mana tim juara Seri 2 naik level ke Seri 1 dan tim terbawah Seri 1 turun ke Seri 2.
Bisa juga dengan membagi kompetisi menjadi liga-liga lebih kecil di tingkat kabupaten atau eks karesidenan (wilayah). Jadi ada liga tingkat provinsi, lalu di bawahnya ada liga kabupaten atau liga wilayah.
Asprov Jawa Tengah, misalnya, bisa membuat Liga Banyumas Raya untuk klub-klub dari kabupaten eks Karesidenan Banyumas. Pesertanya antara lain Persibas Banyumas, Persibara Banjarnegara, Persibangga Purbalingga dan PSCS Cilacap andai nanti terdegradasi dari Liga 2.
Jika dirasa masih kurang, bisa ditambahkan klub dari daerah-daerah lain di sekitar kabupaten-kabupaten tersebut. Misalnya ditambahi Persak Kebumen, PSIW Wonosobo, dan lain-lain.
Di utara Banyumas bisa dibentuk Liga Pekalongan Raya. Pesertanya Persab Brebes, Persegal Kota Tegal, Slawi United, Perinka FC, PSIP Pemalang, Persekap Kab. Pekalongan, Persip Pekalongan, Bintang Timur, Persibat Batang dan lainnya.
Setidak-tidaknya level eks karesidenan terdiri atas 10 klub. Dengan demikian setiap tim bakal memainkan paling sedikit 18 pertandingan dalam semusim.
Lalu pada level provinsi, pesertanya minimal 12 tim yang bakal menghasilkan 22 pertandingan per tim dalam setiap musim. Jumlah yang masih belum ideal sebetulnya, tetapi jauh lebih banyak ketimbang hanya 4-9 seperti selama ini.
Tim juara liga wilayah berhak promosi ke liga provinsi. Sebaliknya, tim papan bawah liga provinsi bakal kembali ke liga wilayah. Mengenai kuota dan mekanismenya bagaimana, bisa dirembug bersama-sama.
Di atas level provinsi, ada Liga 3 Regional dan kemudian Nasional yang mempertemukan wakil-wakil setiap provinsi. Juga digelar dengan sistem kompetisi penuh dan menjadi tanggung jawab PSSI Pusat.
Dengan sistem begini, setiap tim punya kepastian start dari mana bahkan sebelum kompetisi dimulai. Kontestan liga provinsi, misalnya, akan langsung memulai perjalanannya musim dari level itu, kecuali promosi ke liga regional atau malah terdegradasi ke liga wilayah.