Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Utak-atik Peluang Indonesia di Piala Dunia U-17 2023

14 November 2023   07:07 Diperbarui: 15 November 2023   11:27 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BUKAN tanpa sebab saya memilih foto di atas sebagai pelengkap tulisan. Arkhan Kaka yang tengah dijepit para pemain Panama di Stadion Gelora Bung Tomo, Senin (13/11/2023) lalu, sangat pas menggambarkan peluang Indonesia di Piala Dunia U-17 kali ini.

Setelah hanya bisa meraih hasil imbang dengan Panama, kini posisi Indonesia boleh dibilang terjepit. Peluang untuk lolos ke 16 Besar jadi problematik, sekalipun lewat jalur peringkat ketiga terbaik.

Peluang itu memang masih terbuka. Cuma ya itu tadi, seperti posisi Arkhan Kaka pada foto di atas: terjepit. Salah satu yang ikut menjepit, ya Panama juga.

Lo, Panama kan sekarang berada di dasar klasemen Grup A, bagaimana bisa ikut mengancam peluang Indonesia?

Betul, Panama memang baru mengoleksi satu poin hasil seri melawan Indonesia kemarin. Sebelumnya tim asuhan Michael Stump ini kalah dari Maroko 0-2.

Agar bisa lolos ke 16 Besar, Panama cuma punya satu cara: menang atas Ekuador. Nah, kalau ini jadi kenyataan, bisa-bisa Indonesia jadi satu-satunya anggota Grup A yang tersingkir.

Lo, kok bisa?

Mari kita hitung-hitungan sebentar.

Kental Aroma Eropa

Dua kali seri melawan Ekuador dan Panama, berarti poin Indonesia baru dua. Tinggal satu pertandingan tersisa untuk menambah angka dan, sialnya, itu melawan Maroko.

Kenapa saya bilang sial? Karena Maroko U-17 yang bakal dihadapi itu (1) runner-up Piala Afrika U-17 tahun ini dan (2) banyak pemainnya yang merupakan didikan klub-klub top Eropa.

Kalau masih ingat skuat Maroko yang membuat kejutan di Piala Dunia 2022 lalu, begitulah pula tim U-17 mereka. Kebanyakan pemainnya merumput di Eropa, bahkan tak sedikit yang lahir dan besar di sana.

Adam Boufandar, misalnya. Lahir di Savigliano, kota kecil 50 km di selatan Turin, gelandang blasteran Maroko-Polandia ini merupakan pemain muda Juventus.

Hanya tim Juventus junior memang. Namun Juventus tetaplah Juventus dan kita tahu seberapa tinggi standar akademi milik klub-klub Eropa.

Lagipula klub sekelas Juventus tentu tak bakal sembarangan merekrut pemain muda. Kalau Boufandar tidak istimewa dalam penilaian para pemandu bakat Si Nyonya Tua, mana mungkin dia direkrut?

Tak cuma Juventus, pelatih Italia U-17 Massimiliano Favo juga mengakui kualitas Boufandar. Bentuk pengakuan itu berupa pemanggilan bagi Boufandar untuk memperkuat Gli Azzurri junior.

Namun Boufandar menolak panggilan Favo. Ia lebih senang membela Maroko dan kemudian menjadi runner-up Piala Afrika U-17. Lalu kini tampil di Piala Dunia U-17.

Selain Boufandar masih ada Imran Nazih. Lahir di Amsterdam 17 tahun lalu, attacking midfielder bernomor punggung 10 ini malah sudah berstatus pemain profesional FC Volendam.

Sama halnya Boufandar, Nazih juga pernah dipanggil tim Belanda junior. Bedanya, Nazih memenuhi panggilan itu dan sempat membela Belanda U-16 empat kali.

Barulah pada Mei 2022, Nazih ganti kostum dengan membela Maroko. Meski tak masuk skuat pada Piala Afrika U-17 lalu, namanya ada dalam daftar pemain yang dibawa pelatih Said Chiba ke Indonesia untuk Piala Dunia U-17.

Baru dua nama itu yang saya sebut. Padahal masih ada sederet lagi pemain Maroko U-17 yang kental beraroma Eropa.

Mereka adalah Nassim Azaouzi (Anderlecht), Amine Ezzarhouni (Lille), Mohamed Hamony (Le Havre), Naoufel El Hannach (Paris Saint-Germain), duo pemain Eintracht Frankfurt Ayoub Chaikoun dan Anas Alaoui, serta duo penggawa Ajax Amsterdam Yasser El Aissati dan Zakaria Ouazane.

Bagaimana?

Wajib Menang, Tapi....

Balik lagi ke hitung-hitungan tadi.

Satu-satunya hasil yang bakal menjamin tiket 16 Besar bagi Indonesia adalah kemenangan atas Maroko. Tambahan tiga poin bakal membuat Garuda Muda mengoleksi total 5 angka.

Berdasarkan coret-coretan di atas kertas sih, poin 5 itu bahkan bisa membuat Indonesia menjuarai Grup A. Sejelek-jeleknya jadi runner-up kalau Ekuador menang atas Panama.

Masalahnya, mampukah Indonesia menang atas Maroko yang bertabur pemain muda Eropa? Jujur saja, saya kok sangsi.

Yang bikin saya sangsi, Maroko juga butuh tambahan poin untuk menjamin kelolosan ke 16 Besar. Kemenangan adalah tiket emas bagi mereka, sekalipun seri juga bisa membuka peluang.

Bagi Indonesia sendiri hasil imbang lebih mungkin digapai. Sekalipun untuk mendapatkan itu saya tebak Iqbal Gwijangge, dkk. musti berjuang jauh lebih keras daripada saat menahan imbang Ekuador.

Sudah begitu, nasib Indonesia masih akan sangat tergantung pada hasil-hasil pertandingan lain. Baik Ekuador vs Panama maupun partai-partai terakhir di grup lain.

Mari berandai-andai. Jika seri dengan Maroko, maka poin akhir Indonesia cuma 3. Selisih gol 0 karena jumlah memasukkan dan kemasukan selalu sama.

Maroko sendiri bakal mengumpulkan 4 poin. Di peringkat berapa nanti berada di klasemen akhir, hasil pertandingan Ekuador vs Panama bakal turut menentukan. Sangat menentukan bahkan.

Jika Ekuador mengalahkan Panama, maka posisi klasemen akhir tidak akan berubah. Maroko di peringkat kedua dan Indonesia berpeluang lolos ke 16 besar lewat jalur peringkat ketiga terbaik.

Dalam kondisi ini, nasib Indonesia tergantung pada hasil-hasil pertandingan lain. Dari Grup B hingga Grup F, semuanya bakal turut menentukan kelanjutan kiprah Garuda Muda.

Bakal jadi bencana bagi Indonesia jika ternyata malah Panama yang mengalahkan Ekuador. Sebab raihan poin penuh membuat Juan Jimenez, cs. mengoleksi total poin 4.

Artinya akan ada tiga tim di Grup A yang berpoin 4: Ekuador, Panama, Maroko. Tidak peduli siapa di atas siapa di antara ketiga tim tersebut, yang jelas Indonesia dipastikan menempati peringkat keempat alias tersingkir.  

Maka, kemenangan atas Maroko adalah harga mati bagi Indonesia. Hanya ini cara yang bisa memastikan satu tempat bagi Indonesia di 16 besar.

Tidak peduli Maroko adalah runner-up Piala Afrika U-17 yang baru saja berlalu. Tidak peduli dalam skuad mereka ada sederet pemain muda klub-klub top Eropa.

Jujur saja, belum apa-apa saya sudah deg-degan sendiri. Meski demikian, andai Indonesia gagal lolos pun saya tak bakal kecewa. Suer!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun