WINGER Bali United kelahiran Kamerun, Privat Mbarga, resmi berganti kewarganegaraan usai dinaturalisasi Kamboja. Namun pemain berusia 31 tahun ini belum boleh bergabung dengan tim asuhan Felix Dalmas oleh FIFA. Kenapa?
Mbarga adalah pemain asing kedua yang dinaturalisasi oleh federasi sepak bola Kamboja (FFC) jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sebelumnya, awal Oktober ini FFC telah mengumumkan penggawa Phnom Penh Crown FC asal Jepang, Yudai Ogawa, sebagai anggota baru timnas Kamboja dari jalur naturalisasi.
Selain kedua nama tersebut, dalam skuat timnas Kamboja juga sudah ada nama Nick Taylor, pemain Svay Rieng FC kelahiran Amerika Serikat. Nick menyambut hangat bergabungnya Mbarga ke timnas Kamboja lewat unggahan Instagram.
Mbarga dapat beralih kewarga-negaraan karena dianggap telah memenuhi persyaratan, yakni pernah tinggal di Kamboja selama sekurang-kurangnya tujuh tahun (sumber). Sekalipun kini merumput di Bali, istri dan anaknya masih tinggal di Kamboja.
Bersama Ogawa dan Taylor, Mbarga diproyeksikan membela Kamboja kala menjamu Pakistan di leg pertama Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sayang, FIFA mengatakan pemain satu ini tidak bisa turun membela Kamboja.
Jelang berlangsungnya leg kedua di kandang Pakistan, Selasa (17/10/2023) mendatang, Mbarga masih boleh dimainkan. FIFA menyatakan proses naturalisasi pemain ini masih memerlukan satu dokumen pelengkap agar perpindahannya dari CAF-FECAFOOT ke AFC-FFC sah terjadi.
Alhasil, Felix Dalmas terpaksa mencoret nama Mbarga dari daftar skuat Kamboja.
Beda Aturan Negara dan FIFA?
Menarik mencermati kenapa Mbarga masih belum diizinkan FIFA untuk membela negara barunya tersebut. Bukankah ia sudah berpaspor Kamboja, ya?
Saya menebak hal ini terjadi karena ada ketidak-cocokan antara aturan naturalisasi Kamboja dengan Rule of Eligibility milik FIFA. Utamanya terkait lama masa tinggal si pemain.
Menurut hukum Kamboja sebagai negara, Mbarga mungkin memang sudah memenuhi persyaratan untuk dijadikan warga negara. Namun belum tentu ia memenuhi persyaratan yang ditentukan FIFA.
Untuk menemukan di mana permasalahannya, kita perlu melacak perjalanan karier Mbarga selama ini. Dari sinilah kita akan dapat menilai apakah ia sudah memenuhi kriteria Eligibility menurut aturan FIFA.
Pemain kelahiran Douala, sebuah kota tepi laut di Kamerun, tersebut pertama kali datang ke Kamboja pada 2013. Ia bergabung dengan Boeung Ket Rubber Field (kini Boeung Ket FC), klub asal Phnom Penh yang berkompetisi di Cambodian Premier League (CPL).
Setelah empat tahun di Kamboja, Mbarga mencoba peruntungan lebih ke selatan alias pindah ke Thailand. Mengutip data yang ditampilkan laman TransferMarkt, ia meneken kontrak dengan Samut Prakan FC pada 18 Januari 2017.Â
Setahun berselang Mbarga kembali lagi ke Kamboja. Ia bergabung dengan Asia Euro United selama semusim, sebelum kemudian menghabiskan dua musim bersama Svay Rieng.
Usai meraih titel juara Cambodian Premier League 2019 bersama Svay Rieng, barulah Mbarga pindah ke Liga 1 bersama Bali United. Ia meneken kontrak bersama Laskar Tridatu pada Desember 2021.
Tidak 5 Tahun Berturut-turut
Melihat kilasan perjalanan kariernya di Asia Tenggara, agaknya sudah terlihat di mana titik yang membuat Mbarga masih belum diperbolehkan membela Kamboja oleh FIFA. Ada satu syarat yang agaknya disalah-pahami di sini.
Mari kita hitung-hitungan sebentar. Sekadar untuk mengetahui sudah seberapa lama sebenarnya Mbarga tinggal di Kamboja.
Memakai data TransferMarkt sebagai acuan, Mbarga tinggal di Kamboja dalam dua periode. Yakni 2013-2017 dan 2018-2021.
Empat tahun di periode pertama, lalu tiga tahun di periode kedua. Totalnya tujuh tahun. Menurut hukum negara, Mbarga berhak mendapatkan kewarganegaraan Kamboja lewat jalur naturalisasi.
Namun sah di mata negara tidak berarti eligible menurut kacamata FIFA. Ada satu perbedaan mendasar di sini, yakni mengenai lama tinggal di suatu tempat di mana si pemain ingin mendapatkan status naturalisasi.
Menurut aturan FIFA, pemain asing seperti Mbarga yang tidak punya hubungan darah dengan Kamboja sama sekali dan juga tidak menikah dengan perempuan Kamboja, hanya bisa berpindah asosiasi alias dinaturalisasi jika pernah tinggal di Kamboja selama lima tahun berturut-turut.
Dalam hemat saya, di sinilah letak permasalahannya. Jika mencermati perjalanan kariernya di atas, Mbarga tidak pernah tinggal di Kamboja selama lima tahun berturut-turut seperti dipersyaratkan FIFA.
Setelah empat tahun merumput di Kamboja pada periode pertama (2013-2017), ia pindah ke Thailand setahun. Baru setelah itu balik ke Kamboja dan tinggal selama tiga tahun lagi di periode kedua (2018-2021).
Artinya, sekalipun pernah tinggal di Kamboja selama tujuh tahun dan itu sudah memenuhi persyaratan naturalisasi versi negara, Mbarga belum pernah melakukannya dalam lima tahun berturut-turut yang menjadi syarat minimal FIFA.
Bakal Gagal?
Jadi, tidak mengherankan jika FIFA masih belum mengakui naturalisasi Mbarga sekalipun ia sudah menjadi warga negara Kamboja. Bahkan bisa jadi proses naturalisasi ini tidak akan pernah disetujui oleh FIFA.
Banyak yang menyamakan kasus Mbarga dengan proses naturalisasi Marc Klok dulu. Namun ada perbedaan sangat mendasar di antara keduanya.
Klok dulu sedang tinggal di Indonesia ketika proses naturalisasinya ditangguhkan FIFA. Ia hanya perlu bertahan di Indonesia selama beberapa tahun lagi sehingga memenuhi persyaratan minimal masa tinggal.
Terbukti setelah itu persetujuan FIFA turun. Per 2022, Klok boleh membela timnas Indonesia.
Lain halnya dengan Mbarga. Saat ini ia sedang tinggal di Indonesia, sedangkan total tujuh tahun masa tinggalnya di Kamboja tak ada yang memenuhi persyaratan minimal FIFA karena diselingi bermain di Thailand semusim.
Alhasil, kalau isunya memang soal lama masa tinggal di Kamboja, satu-satunya cara untuk mendapat persetujuan FIFA adalah Mbarga harus kembali ke Kamboja dan tinggal di sana selama lima tahun ke depan. Jika langsung kembali ke Kamboja sekarang, maka baru pada Oktober 2028 ia memenuhi persyaratan lama masa tinggal minimal 5 tahun.
Jelas ini bukan solusi yang diinginkan, baik oleh FFC lebih-lebih lagi oleh Mbarga. Usianya saat ini 31 tahun, ditambah 5 artinya 36. Sudah terlalu tua.
Poor Mbarga....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H