Sebagai konsekuensi, BAFA dinilai melanggar aturan sehingga dicoret dari catatan Registrar of Societies. Dengan kata lain, BAFA--bersama 55 badan lainnya--menjadi organisasi tak resmi karena tidak terdaftar pada otoritas berwenang.
Keadaan ini mendorong pandemen sepak bola Brunei untuk beraksi cepat. Mereka membentuk federasi sepak bola baru yang diberi nama Football Federation of Brunei Darussalam (FFBD).
Federasi baru tersebut didaftarkan ke Registrar of Societies pada 18 Desember 2008. Tak lama berselang Menteri Pemuda dan Olahraga mengakui keberadaan FFBD sebagai payung baru bagi sepak bola Brunei.
FFBD mengumpulkan segenap stakeholder sepak bola Brunei di Stadion Nasional Hassanal Bolkiah pada 14 Januari 2009. Di tahun itu pula liga domestik kembali digulirkan oleh FFBD.
Situasi inilah yang kemudian menarik perhatian FIFA. Tak diakuinya BAFA yang terafiliasi dengan FIFA, juga diakuinya FFBD sebagai federasi baru oleh menteri, dianggap sebagai bentuk intervensi pemerintah.
FIFA juga menolak pendaftaran FFBD sebagai pengganti BAFA. Badan sepak bola dunia tersebut meminta agar BAFA dihidupkan lagi. Namun tak ada respons memuaskan yang diberikan.
Maka, seperti sudah diatur dalam Statuta FIFA, Brunei harus menerima hukuman berupa skorsing. BAFA dibekukan dan timnas maupun klub Brunei tak boleh bertanding di level internasional.
Normalisasi & Federasi Baru
Skorsing ini berimbas pada Duli Pengiran Muda Mahkota FC, klub Brunei yang tengah berkompetisi di Liga Singapura. Begitu FIFA merilis keputusannya pada September 2009, DPMM FC otomatis dilarang meneruskan partisipasinya di S-League.
19 Maret 2010, Komite Eksekutif FIFA mengusulkan agar BAFA didepak saja dari keanggotaan FIFA jika tidak kunjung diaktifkan lagi. Tentu kabar ini membuat publik sepak bola di Brunei geger.
Segenap pemangku kepentingan di Brunei lantas bergerak cepat. Mereka langsung membentuk Komite Normalisasi di bawah supervisi FIFA, diketuai oleh Presiden NOC Pangeran Hj. Sufri Bolkiah.
Komite Normalisasi lantas mengambil keputusan tegas. FFBD dibubarkan, sekalipun Liga Primer Brunei dan juga piala domestik yang digulirkan federasi tersebut dibiarkan tetap berjalan.