Kekalahan dari AZ Alkmaar menjadi yang ketiga secara beruntun dialami Ajax di awal Eredivisie 2023-24. Pekan sebelumnya, mereka bahkan mendapat malu lebih besar: dibantai Feijenoord empat gol tanpa balas!
Yang lebih menyedihkan lagi, Ajax tak pernah menang dalam lima pekan terakhir. Tepatnya sejak mengalahkan Heracles di pekan pertama Eredivisie, 13 Agustus lalu.
Itulah pula satu-satunya kemenangan Ajax di liga sejauh ini. Kemenangan yang hanya bisa terulang sekali di ajang Europa League, tepatnya leg pertama partai play-off melawan Ludogorets Razgrad (25/8/2023).
Dengan kata lain, Ajax baru dua kali menang di segala ajang musim ini. Sejak mengalahkan Ludogorets, Ajax melewatkan 7 pertandingan (5 di Eredivisie, 2 di Europa League) tanpa sekalipun meraih kemenangan.
Start buruk ini membuat tim asuhan Maurice Steijn menyamai awalan buruk yang pernah dicatatkan klub pada 58 tahun lalu. Dalam aspek perolehan poin di liga bahkan melampauinya.
Musim 1964-65, musim di mana Johan Cruyff remaja bergabung ke klub, Ajax mengawali enam pekan pertama dengan dua kemenangan, sekali imbang dan tiga kali kalah. Total poin 7.
Musim ini, perolehan poin Ajax hingga pekan keenam baru 5 alias lebih sedikit. Dari segi jumlah kemenangan juga lebih buruk, yakni satu berbanding dua.
Jika start buruk 58 tahun lalu membuat Ajax finish di posisi 13 klasemen akhir, bagaimana dengan musim ini?
Apa yang Terjadi?
Kepergian Erik ten Hag ke Manchester United pada April 2022 ditengarai menjadi pangkal kejatuhan Ajax. Kenyataannya, sepeninggal pelatih berkepala plontos itu De Godenzonen hanya bisa finish di peringkat ketiga musim lalu.
Akibatnya, Ajax harus puas hanya mendapat tiket ke Europa League. Itupun masih melalui partai play-off terlebih dahulu melawan Ludogorets.
Ini menjadi kali pertama Ajax absen di Liga Champions sejak 2010. Hal yang menyesakkan bagi fans mengingat pada musim 2018-19 Ten Hag membawa klub ini melaju hingga semifinal.