TANGGAL 5 Oktober diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mengaitkannya dengan dunia sepak bola, maka tercetuslah nama PS TNI yang kemudian gonta-ganti nama dan juga homebase.
PS TNI mulanya sebuah klub amatir. Sama halnya klub-klub sepak bola milik tiga matra di tubuh TNI: PSAD (Angkatan Darat), PSAU (Angkatan Udara) dan PSAL (Angkatan Laut).
Klub-klub militer tersebut diperkuat para tentara yang hobi bermain sepak bola di sela-sela waktu luang. Mainnya di lapangan bola yang biasa ada di tangsi atau mes ketika sedang tidak berdinas.
Ketika tim Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF tahun 2013, beberapa anggota skuatnya diangkat sebagai tentara lewat jalur Prajurit Karier (PK). Sebagian dari mereka lantas memperkuat PS TNI.
Lalu manakala menjabat sebagai Panglima Kodam I/Bukit Barisan, Letnan Jenderal Edy Rahmayadi menjadi pembina dan kemudian pemilik PSMS Medan. Beberapa tentara pun diikat sebagai penggawa klub berjuluk Ayam Kinantan itu.
November 2015, kedua klub bersatu di ajang Piala Jenderal Sudirman, turnamen yang digelar untuk mengenang 100 tahun Jenderal Besar Sudirman. PS TNI mendaftar sebagai kontestan dengan skuat campuran para tentara dan pemain PSMS.
Lebih tepatnya campuran tiga unsur: 1) tentara hobiis sepak bola, 2) pemain sepak bola dari kalangan sipil seperti Legimin Raharjo, dan 3) pesepak bola yang masuk TNI seperti Manahati Lestusen dan Muhammad Abduh Lestaluhu.
Gebrakan Perdana
PS TNI jadi satu-satunya peserta yang merupakan klub amatir di Piala Jenderal Sudirman. Kontestan lainnya adalah klub-klub profesional anggota Liga Super Indonesia (LSI).
Menariknya, PS TNI tampil mengejutkan di ajang ini. Tergabung bersama Persib Bandung, Persela Lamongan, Pusamania Borneo FC dan Surabaya United, The Armies keluar sebagai juara grup dan melenggang ke babak 8 Besar.
Kejutan tersebut diwarnai hasil mencengangkan di partai terakhir, yakni mengalahkan Persib dua gol tanpa balas! Hasil yang membuat Persib tersingkir.