Sayang, PS TNI tak berkutik di 8 Besar. Mereka kalah bersaing dari Persija Jakarta, Mitra Kukar dan Semen Padang FC. Menelan tiga kekalahan beruntun, The Armies menjadi juru kunci klasemen.
Namun demikian nama PS TNI mulai dikenal luas sejak itu. Momentum tersebut dimanfaatkan baik oleh para pembina klub dengan mengubah haluan dari dunia amatir menjadi profesional.
PT Arga Gega Magna (AGM) didirikan sebagai badan hukum yang menaungi PS TNI. Untuk urusan lisensi, diambil jalan pintas yang umum dilakukan di Indonesia: membeli dari klub lain yang sedang sekarat.
Adalah lisensi Persiram Raja Ampat yang kemudian dibeli PT AGM. Ketika itu Persiram memang sedang mengalami kendala finansial serius, sehingga memilih bubar.
Piala Bhayangkara di awal 2016 jadi turnamen pertama yang diikuti PS TNI sebagai sebuah klub profesional. Sebanyak 15 pemainnya adalah anggota TNI aktif, sedangkan sisanya pesepak bola pro.
Akan tetapi kiprah PS TNI terhenti di babak grup. Tergabung bersama Persib, Sriwijaya FC, Mitra Kukar dan Borneo FC, Manahati Lestusen, dkk. hanya mampu meraih 4 poin.
Mengikuti Liga
Di tahun itu pula PS TNI mulai berkiprah di liga. Sebagai pemegang lisensi Persiram yang sebelumnya kontestan LSI 2015, The Armies otomatis langsung menempati kasta tertinggi pada edisi 2016.
Namun bukan LSI yang diikuti PS TNI, melainkan Indonesia Soccer Championship. Kompetisi ini digelar sebagai liga pengganti ketika PSSI mendapat skorsing pembekuan dari Pemerintah cq. Kemenpora dan kemudian FIFA.
Musim debut di liga dipungkasi dengan posisi buncit di klasemen akhir. Beruntung PS TNI tidak terdegradasi, sebab ISC tidak berlanjut karena PSSI kembali mengggelar liga resmi pada 2017.
Hasil lebih baik diraih PS TNI di tahun 2017. Mereka mengakhiri kompetisi di peringkat 12 Liga 1, nama baru level teratas Liga Indonesia.
Tahun 2018 diawali dengan beberapa perubahan di tubuh PS TNI. Dimulai dari pergantian nama menjadi PS TIRA, akronim dari Tentara Indonesia dan Rakyat.