Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gema Solidaritas dari Utara Giuseppe Meazza

4 Oktober 2023   22:11 Diperbarui: 4 Oktober 2023   22:24 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO: Twitter (X)/ Tancredi Palmeri

SETAHUN sudah Tragedi Kanjuruhan di Malang berlalu. Di tengah penegakan hukum yang dinilai mengecewakan oleh penyintas dan keluarga korban, satu seruan solidaritas dari tribun utara Stadion Giuseppe Meazza bergema.

Inter Milan menjamu SL Benfica di matchday kedua fase grup UEFA Champions League 2023-24, Rabu (4/10/2023) dini hari WIB. Sebuah laga ketat yang akhirnya dimenangi tuan rumah dengan skor tipis 1-0.

Namun bukan kemenangan pertama Inter di Liga Champions musim ini yang jadi sorotan media. Melainkan aksi empatik suporter fanatik I Nerazzurri di tribun utara stadion.

Sebagaimana laiknya stadion manapun di dunia, tribun utara biasa ditempati oleh barisan suporter paling loyal. Kerap juga dilabeli sebagai pendukung garis keras alias ultras.

Di Giuseppe Meazza yang bernama lain San Siro, tribun utara adalah tempatnya kelompok ultras Curva Nord menyaksikan laga kandang. Dan pada pertandingan kemarin mereka melakukan satu aksi menyentuh nan mencuri perhatian.

Ketika 22 pemain berebut bola di atas lapangan, Curva Nord membentangkan spanduk panjang di tribun. Isinya merupakan tuntutan bagi penyelesaian kasus Tragedi Kanjuruhan.

Justice for the 135 victims of Kanjuruhan. Demikian bunyi bentangan spanduk tersebut, ditulis dalam huruf kapital semua.

Tak hanya di tribun, spanduk tersebut juga dibentangkan di bagian depan stadion. Sedangkan dalam akun Facebook-nya, kelompok Curva Nord menyerukan penyelesaian hukum yang penuh rasa keadilan bagi para korban.

Terharu sekaligus Malu

Aksi solidaritas dari Milan tersebut pastilah membuat kita semua merasa terharu. Namun selain haru, dalam diri saya juga ada terselip rasa malu.

Malu kenapa?

Setahun sudah tragedi maut itu berlalu, tetapi belum ada keputusan yang dirasa memuaskan oleh para penyintas dan keluarga korban. Seruan-seruan dengan kata kunci "usut tuntas" yang masih berseliweran di media sosial dapat dijadikan sebagai indikator.

Kabar mengenai hal ini bahkan sampai ke Milan, bukan? Kalau tidak, mana mungkin Curva Nord membentangkan spanduk berisi pesan menuntut seperti itu di Giuseppe Meazza.

Ahad (1/10/2023) lalu, bertepatan dengan setahun terjadinya Tragedi Kanjuruhan, laman BBC Indonesia menurunkan satu laporan panjang. Dari judulnya saja sudah tergambar bahwa keadilan bagi para penyintas dan keluarga korban masih berada di awang-awang.

'Jalan berliku meraih keadilan', demikian istilah yang dipakai BBC Indonesia dalam judul laporannya itu. Di dalamnya tersaji kisah-kisah pilu mengenai saat-saat terakhir korban tewas di Stadion Kanjuruhan dari penuturan penyintas dan atau keluarga masing-masing.

Laporan diawali cerita Vidia Darma Nur Ariyanti, seorang penyintas yang kehilangan adik sekaligus kekasihnya pada malam nahas itu. Bahkan Vidia pun sempat hampir mati karena terinjak-injak penonton lain.

Kemudian ada kisah Deyangga Sola Gratia, penyintas lain yang hingga kini menderita trauma usai mengalami kejadian mencekam di kandang Arema FC tersebut. Setiap kali mendengar suara ledakan dan sirine, Deyangga akan langsung berkeringat dingin dan ketakutan. Kejadian 1 Oktober 2022 seketika terbayang di ingatannya.

Yang tak kalah memilukan adalah pemaparan Cholifatul Nur. Wanita yang akrab disapa Ifa ini kehilangan putera semata wayangnya di Kanjuruhan: Jovan Farellino Yuseifa Pratama Putera.

Selama ini Ifa hanya hidup berdua dengan Jovan sebagai orang tua tunggal. Sepeninggal anak itu setahun lalu, hidupnya berubah total.

Penderitaan yang ia rasakan membuat Ifa kerap bersuara lantang menyerukan keadilan. Ia hanya berharap para pelaku dihukum berat: nyawa dibalas nyawa.

Namun Ifa harus menelan kekecewaan. Demikian pula keluarga korban lain dan juga para penyintas.

Agaknya kekecewaan mereka terasa hingga jauh ke Milan. Mendorong Curva Nord membentangkan spanduk tuntutan sebagai wujud solidaritas.

Awal Agustus lalu, seorang pegawai pada Dinas Pariwisata Kota Batu melakukan aksi solidaritas serupa tetapi tak sama. Miftahudin Ramli, nama ASN tersebut, bersepeda Malang-Jakarta dengan membawa tiruan keranda mayat bertuliskan "JUSTICE FOR KANJURUHAN".

Berangkat 3 Agustus 2023, Miftahudin tiba di Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai titik finish pada 14 Agustus 2023. Ia berharap aksinya ini memberi dukungan moril bagi para penyintas dan keluarga korban.

Semoga saja harapan mereka semua segera terwujud. Fiat justitia ruat caelum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun