Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hugo Samir dan Cinta Pesepak Bola Asing pada Indonesia

15 September 2023   14:04 Diperbarui: 15 September 2023   14:11 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jacksen dan Nadirah lantas menikah. Dari pernikahan inilah lahir Hugo Samir pada 25 Januari 2005.

Cinta Indonesia

Kisah cinta orang tua Samir mirip dengan orang tua Ronaldo Kwateh. Sama halnya Jacksen, ayah Ronaldo adalah pesepakbola asing yang merantau jauh dari Afrika untuk bermain di Liga Indonesia.

Generasi yang lahir dan besar pada era 80-an hingga 90-an pastilah tak asing dengan nama Roberto Kwateh. Terlebih yang pernah mengikuti kiprah PSIM Yogyakarta di awal tahun 2000-an.

Jika Jacksen tiba di Indonesia pada pertengahan era 90-an, maka Roberto datang sekitar satu dasawarsa berselang. Penyerang asal Liberia ini masih berusia sangat muda kala itu, 19 tahun.

Mulanya Roberto mengincar Persebaya, tetapi tidak lolos seleksi. Ia lantas mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi di Pelita Krakatau Steel. Hasilnya, kembali gagal.

Sadar diri tak mujur dengan klub Divisi Utama, Roberto mengalihkan perhatian pada klub Divisi Satu. Jalan nasib kemudian melabuhkannya di PSIM.

Rupanya di sinilah nama Roberto langsung berkibar. Ia menjadi bomber tajam Divisi Satu musim 2003 dan membawa PSIM ke papan atas klasemen.

PSIM bahkan nyaris promosi ketika itu. Sayang, Laskar Mataram kalah bersaing di babak play-off dan harus puas hanya berakhir di peringkat ketiga.

Performa apik bersama PSIM pada akhirnya membawa Roberto ke Divisi Utama. Musim berikutnya ia dipinang PSIS Semarang untuk menjadi tandem Indriyanto Nugroho.

Duet ini menjadi pasangan yang subur di Divisi Utama 2004. Indriyanto mencetak 11 gol di akhir musim, sedangkan Roberto 10.

Rekor yang terhitung bagus untuk seorang pemain asing yang baru dua musim merumput di Indonesia dan usianya masih awal 20-an tahun. Toh, itu tak membuat PSIS mempertahankan Roberto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun