Peluang tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Gyaltshen. Ia mencetak beberapa gol dalam laga persahabatan melawan sejumlah klub Liga Thailand, sampai turut mempersembahkan gelar juara Coke Cup U-19 Championship.
Di tengah-tengah masa trial di Thailand, tawaran dari klub Liga Super India mendatangi Gyaltshen. Meski demikian tak ada satupun yang bersifat resmi, sehingga ia memilih bergabung dengan Surin City yang tak lain merupakan tim cadangan Buriram.
Dari Surin, Gyaltshen berpindah-pindah ke Nonthaburi dan kemudian Satun United. Sebelum akhirnya kembali ke Bhutan untuk bergabung bersama mantan klubnya, Thimphu FC.
Cetak Sejarah bersama Bhutan
Di level timnas, penampilan cemerlang Gyaltshen juga terjadi pada 2015. Tepatnya dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018 putaran pertama.
Ajang ini menjadi debut Bhutan di kualifikasi Piala Dunia, setelah aturan baru yang memungkinkan partisipasi seluruh anggota FIFA diterbitkan. Hasil undian putaran pertama mempertemukan Bhutan dengan Sri Lanka.
Kala itu Bhutan merupakan tim dengan rangking FIFA paling rendah, yakni 209. Sedangkan Sri Lanka berperingkat 172. Selisihnya 37 poin, sangat jauh.
Namun kejutan besar terjadi. Pada leg pertama yang berlangsung di Stadion Sugathadasa, Colombo, 12 Maret 2015, Bhutan menang tipis 1-0 berkat gol Tshering Dorji pada menit ke-84.
Ini merupakan kemenangan pertama Bhutan di ajang resmi. Tak heran jika seluruh negeri bersuka cita usai kemenangan ini. Media terus-menerus mengulas torehan bersejarah tersebut selama berhari-hari.
Raja Bhutan pun sampai mengumumkan libur setengah hari jelang berlangsungnya leg kedua di Stadion Changlimithang, Thimphu, lima hari berselang. Partai di mana Gyaltshen menjadi bintang dengan mencetak dua gol untuk membawa Bhutan menang 2-1, sekaligus unggul agregat 3-1.
Bhutan melaju ke putaran kedua. Meski peringkat FIFA-nya sudah terkerek naik, tetap saja Gyaltshen, dkk. menghadapi lawan yang menduduki rangking jauh lebih tinggi: Qatar, Tiongkok, Hong Kong dan Maladewa.
Kali ini tak banyak yang bisa dilakukan Gyaltshen, dkk. Mereka jadi bulan-bulanan Qatar dan Tiongkok, meski sempat memberi perlawanan sengit kala menjamu Maladewa dan Hong Kong pada 8 dan 13 Oktober 2015.