LIVERPOOL FC menuntaskan kiprah di fase grup Liga Champions 2022-23 dengan mengandaskan Napoli. Bertanding di Stadion Anfield, Rabu (2/11/2022) dini hari WIB, The Reds menang 2-0 berkat gol telat Mohamed Salah dan Darwin Nunez.
Hasil ini membuat Liverpool dan Napoli sama-sama mengumpulkan poin akhir 15 dari enam laga fase grup. Namun The Reds harus puas menjadi runner-up Grup A karena kalah selisih gol secara head-to-head.
Sebagaimana kita ingat, tim asuhan Jurgen Klopp mengawali petualangannya di pentas Eropa dengan kekalahan 1-4 di kandang Napoli. Lalu ketika ganti menjadi tuan rumah tadi malam, Liverpool hanya menang 2-0.
Dengan demikian pertemuan keduanya sama-sama menghasilkan poin 3 bagi masing-masing, tetapi Napoli mencetak gol lebih banyak (4) ketimbang Liverpool (3). Selisih gol I Partenopei +1, sedangkan The Reds -1.
Mengingat kekalahan dari Napoli di matchday pertama tersebut, lalu balik mengalahkan lawan sama di Anfield pada laga terakhir fase grup, saya jadi teringat catatan Liverpool tiga musim lalu. Yap, musim 2018-19.
Betul sekali, musim itu diakhiri The Reds dengan mengangkat trofi si Kuping Lebar usai menaklukkan Tottenham Hotspur di final. Seolah mengalami deja vu, di fase grup musim 2018/19 nan gemilang itu Liverpool juga satu grup dengan Napoli dan mencatatkan hasil yang sama persis dengan sekarang.
Kalah-Mengalahkan
Mari kita kilas balik.
Tiga musim lalu, perjuangan Liverpool di fase grup Liga Champions 2018-19 diwarnai dengan pertemuan melawan Napoli. The Reds juga bertindak sebagai tamu pada pertemuan pertama. Sama-sama membawa pulang kekalahan dari Naples.
Bedanya, pada pertandingan yang berlangsung 3 Oktober 2018, gawang Alisson Becker hanya kebobolan sekali. Sebuah gol telat dari Lorenzo Insigne di menit terakhir, membuat satu poin untuk Liverpool yang sudah di depan mata jadi melayang.
Tak hanya dari Napoli sebetulnya, Liverpool juga kalah dari semua laga tandang di fase grup musim itu. Kalah di Belgrade di matchday keempat, lalu kalah lagi di Paris pada matchday kelima.
Alhasil, musim itu Liverpool benar-benar hanya mengandalkan pertandingan kandang untuk meraup poin. Untungnya pula The Reds selalu mencetak gol dan skor lebih besar ketika mengalahkan lawan-lawannya, kecuali Napoli di matchday terakhir.
Petualangan Liverpool diawali dengan kemenangan 3-2 atas Paris Saint-Germain di Anfield, tetapi saat ganti bertandang ke Paris hanya kalah 1-2. Sedangkan saat menjamu Red Star, Liverpool menang besar 4-0. Kemudian ganti kalah 0-2 di Belgrade.
Hanya melawan Napoli Liverpool berbagi hasil sama persis. Kalah-mengalahkan dengan skor serupa, hanya waktu terjadinya gol yang berbeda. Di Anfield, 11 Desember 2018, gol Salah sudah tercipta pada menit ke-34 untuk mengamankan kemenangan 1-0.
Kemenangan tersebut jadi penting bagi Liverpool, sebab menjadi pembuka jalan menuju fase knock out. Meski sama-sama mengoleksi poin 9 seperti Napoli, The Reds yang berhak jadi runner-up Grup C kala itu.
Head-to-head Liverpool dengan Napoli sama persis di semua aspek ketika itu. Maka penentunya adalah produktivitas gol keseluruhan melawan semua lawan di grup. Faktor inilah yang menempatkan The Reds di atas I Partenopei karena mencetak gol lebih banyak.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Liverpool mengakhiri musim 2018-19 sebagai juara Liga Champions.
Sejarah Berulang?
L'histoire se repete, kata orang keturunan Jawa di Kaledonia Baru. Sejarah itu berulang. Karenanya dalam ulasan sepak bola kita seringkali disuguhi catatan-catatan dari masa lalu yang tak jarang memang terulang.
Masih ingat betapa angkernya kandang Nottingham Forest bagi Liverpool? Sudah 38 tahu berjalan dan The Reds belum kunjung mampu memetik tiga poin di sana. Memang pernah menang, tapi di ajang piala domestik.
Kalah-mengalahkan dengan Napoli di fase grup, lalu jadi juara Liga Champions 2018/19. Sejarah inilah yang saya harap dapat diulangi Liverpool pada musim 2022-23.
Selain kalah-mengalahkan, di klasemen akhir poin Liverpool dan Napoli juga sama. Bedanya, kali ini I Partenopei yang bertengger di atas The Reds berbekal produktivitas gol secara head-to-head.
Seperti pernah saya ulas sesaat setelah Liverpool kalah di kandang Napoli, awal September 2022 lalu, setidak-tidaknya The Reds bisa menyegel posisi runner-up klasemen akhir Grup A sehingga ikut lolos ke fase gugur.
Jika menilik tiga rival di Grup A, boleh dibilang hanya Napoli-lah pesaing terberat Liverpool dalam memperebutkan posisi puncak grup. Peluang Liverpool untuk meraup sebanyak mungkin poin kala menghadapi Ajax Amsterdam dan Rangers FC aka Glasgow Rangers sangat terbuka lebar.
Dan memang inilah yang kemudian terjadi. Liverpool menyapu bersih semua pertandingan melawan Ajax dan Rangers. Total 12 poin dikumpulkan dari empat pertandingan kandang-tandang.
Menunggu Lawan Berikutnya
Kini tinggal menunggu siapa lawan Liverpool di babak 16 besar. Sebagai tim runner-up, Klopp musti siap-siap jika nanti bersua tim tangguh Eropa yang finish sebagai juara grup.
Dari sekian tim yang sudah mengunci posisi pemuncak klasemen grup, ada beberapa yang bisa jadi ancaman serius jika hasil drawing mempertemukan dengan Liverpool. Kalau bisa jangan sampai bertemu.
Ada Bayern Munich yang diperkuat mantan terindah Sadio Mane, misalnya. Lalu ada Real Madrid yang merupakan momok di final Liga Champions musim lalu.
Ada pula trio Inggris (Spurs, Manchester City dan Chelsea). Meski catatatan Liverpool melawan ketiganya terhitung baik, tetapi kalau bisa terhindar dari mereka tentu lebih menguntungkan. Setidaknya agar jangan terlalu banyak membuang keringat di awal fase gugur.
Kemudian ada pula PSG dengan Lionel Messi yang semakin hari semakin nyetel saja dengan tim. Terakhir, terselip nama FC Porto yang kadar ancamannya tentu saja tidak boleh diremehkan oleh Klopp.
Sebagai fans, tentu saja saya ingin sejarah musim 2018-19 yang terulang. Sungguh saya tidak mau perjalanan Liverpool musim ini berakhir tidak enak seperti di 2019-20.
Dua musim lalu, Liverpool juga menderita kekalahan di kandang Napoli pada awal kompetisi. Skornya 0-2. Meski kemudian lolos ke fase gugur, tetapi langkah The Reds langsung kandas di babak 16 Besar.
Mari kita tunggu, sejarah mana yang bakal berulang bagi Liverpool. Apakah 2018-19 atau malah 2019-20.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H