Alhasil, musim itu Liverpool benar-benar hanya mengandalkan pertandingan kandang untuk meraup poin. Untungnya pula The Reds selalu mencetak gol dan skor lebih besar ketika mengalahkan lawan-lawannya, kecuali Napoli di matchday terakhir.
Petualangan Liverpool diawali dengan kemenangan 3-2 atas Paris Saint-Germain di Anfield, tetapi saat ganti bertandang ke Paris hanya kalah 1-2. Sedangkan saat menjamu Red Star, Liverpool menang besar 4-0. Kemudian ganti kalah 0-2 di Belgrade.
Hanya melawan Napoli Liverpool berbagi hasil sama persis. Kalah-mengalahkan dengan skor serupa, hanya waktu terjadinya gol yang berbeda. Di Anfield, 11 Desember 2018, gol Salah sudah tercipta pada menit ke-34 untuk mengamankan kemenangan 1-0.
Kemenangan tersebut jadi penting bagi Liverpool, sebab menjadi pembuka jalan menuju fase knock out. Meski sama-sama mengoleksi poin 9 seperti Napoli, The Reds yang berhak jadi runner-up Grup C kala itu.
Head-to-head Liverpool dengan Napoli sama persis di semua aspek ketika itu. Maka penentunya adalah produktivitas gol keseluruhan melawan semua lawan di grup. Faktor inilah yang menempatkan The Reds di atas I Partenopei karena mencetak gol lebih banyak.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Liverpool mengakhiri musim 2018-19 sebagai juara Liga Champions.
Sejarah Berulang?
L'histoire se repete, kata orang keturunan Jawa di Kaledonia Baru. Sejarah itu berulang. Karenanya dalam ulasan sepak bola kita seringkali disuguhi catatan-catatan dari masa lalu yang tak jarang memang terulang.
Masih ingat betapa angkernya kandang Nottingham Forest bagi Liverpool? Sudah 38 tahu berjalan dan The Reds belum kunjung mampu memetik tiga poin di sana. Memang pernah menang, tapi di ajang piala domestik.
Kalah-mengalahkan dengan Napoli di fase grup, lalu jadi juara Liga Champions 2018/19. Sejarah inilah yang saya harap dapat diulangi Liverpool pada musim 2022-23.
Selain kalah-mengalahkan, di klasemen akhir poin Liverpool dan Napoli juga sama. Bedanya, kali ini I Partenopei yang bertengger di atas The Reds berbekal produktivitas gol secara head-to-head.
Seperti pernah saya ulas sesaat setelah Liverpool kalah di kandang Napoli, awal September 2022 lalu, setidak-tidaknya The Reds bisa menyegel posisi runner-up klasemen akhir Grup A sehingga ikut lolos ke fase gugur.