Gagal bersama Ancelotti, manajemen klub melakukan perombakan besar-besaran. Lippi kembali digaet sebagai pelatih. Zidane dilego ke Real Madrid, digantikan sederet pemain potensial dalam diri Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Pavel Nedved, dan Lilian Thuram.
Namun efek perubahan tersebut tidak langsung terlihat, meski ada peningkatan. Juventus memang berhasil lolos ke fase grup putaran kedua, tetapi gagal terus melaju karena (lagi-lagi) menjadi juru kunci grup.
Semusim berselang barulah tuah tangan dingin Lippi terlihat. Lagi-lagi pelatih kelahiran Viareggio tersebut membawa Juventus ke partai final, sekalipun terhitung beruntung di fase grup putaran kedua.
Lawan di final yang berlangsung di Stadion Old Trafford, 28 Mei 2003, tersebut adalah rival senegara: AC Milan. Karenanya media Inggris menyebut pertandingan ini sebagai all Italian final.
Ini kali pertama dua tim asal Serie A bersua di partai pamungkas Liga Champions. Tak pelak laga penentuan ini jadi kental dengan permainan khas Italia yang tengah demam cattenaccio menyusul kesuksesan di Euro 2000.
Setelah bermain tanpa gol selama 120 menit, penentuan harus dilakukan dengan adu penalti. Gianluigi Buffon memang berhasil menggagalkan eksekusi Clarence Seedorf dan Kakha Kaladze, tetapi di pihak lain Nelson Dida sukses memblok tendangan tiga eksekutor Juventus.
Juventus harus kembali menelan pil pahit. Padahal mereka lebih diunggulkan sebelum pertandingan. Wajar, tim asuhan Lippi datang ke Manchester sebagai juara Serie A 2002/03, sedangkan AC Milan hanya bertengger di peringkat ketiga klasemen akhir.
Setelah kekalahan dari AC Milan tersebut, butuh waktu 12 tahun bagi Juventus untuk kembali mencapai partai final. Kali itu, di musim 2014/15, bersama Allegri sebagai juru taktik dan Buffon memakai ban kapten.
Carlos Tevez jadi andalan Juventus dengan koleksi tujuh gol jelang pertandingan di Olympiastadion, 6 Juni 2015. Namun lawan Juventus kali ini adalah Barcelona yang diperkuat trio MSN: Lionel Messi, Luis Suarez yang baru saja pindah dari Liverpool, plus Neymar.
Penunjukkan Karl-Heinze Riedle sebagai duta partai final seolah jadi sinyal buruk bagi Juventus. Dan memang itulah yang kemudian terjadi. Sempat menahan skor 1-1 selama satu jam, gawang Buffon bobol dua kali lagi sehingga I Bianconeri keok 1-3.
Masih ingat skor saat Juventus dikalahkan Dortmund di final tahun 1997? Ya, 1-3 juga di mana Riedle menyumbang dua gol.