Sri Tanjung
Sekembali ke Jogja, saya cari-cari informasi cara lain ke Wonorejo tanpa naik mobil atau bus. Saya yakin naik kereta api bisa, tetapi harus dipastikan dulu ada atau tidak yang rute langsung.
Kalau tidak ada kereta yang rutenya langsung Jogja-Situbondo, saya harus cari kereta-kereta yang searah. Naik kereta apa saja dan oper-operannya di stasiun mana, sampai yang terdekat dengan kampung halaman Ibu.
Zaman segitu jangan bayangkan seperti sekarang yang butuh tahu apa-apa tinggal googling. Saya harus datang langsung ke stasiun untuk melihat daftar kereta. Mulanya ke Stasiun Tugu, tetapi rupanya kereta yang dari sana kebanyakan mentok sampai Surabaya.
Saya pindah ke Stasiun Lempuyangan, stasiun khusus kereta api ekonomi. Barulah dapat kabar gembira kalau ada sebuah rangkaian kereta api bernama Sri Tanjung yang rutenya Yogyakarta-Banyuwangi.
Saya benar-benar senang waktu itu. Terlebih harga tiketnya terhitung murah. Bukan tujuan Situbondo memang, tetapi KA Sri Tanjung berhenti di Stasiun Banyuwangi Baru (kini namanya jadi Banyuwangi Ketapang).
Dari Stasiun Ketapang ke gerbang TN Baluran tidak terlalu jauh. Tinggal menumpang bus jurusan Surabaya yang selalu ada baik siang maupun malam. Demikian informasi tambahan yang saya dapat dari sepupu, anak pertama Paman di Wonorejo, via SMS waktu itu.
Ketika kemudian adik saya menyusul ke Yogyakarta selulus SMA, saya ajak dia mengunjungi Paman di Wonorejo. Tentu saja kami memberi tahu Ibu di Jambi, yang langsung memberikan restu dan juga tambahan sangu. Hehehe.
Begitulah, pagi-pagi betul kami ke Stasiun Lempuyangan. Seingat saya, dulu KA Sri Tanjung berangkat pukul 07.00 WIB. Dari papan informasi yang terpajang di ruang tunggu stasiun, estimasi waktu tiba adalah pukul sebelas malam.
Perjalanan yang sangat panjang. Saya salah pilih kursi, sehingga sepanjang siang tempat duduk kami terkena sinar matahari terus. Namun tidak jadi masalah berarti, sebab penumpang di depan saya seorang bapak-bapak yang asyik diajak ngobrol.