Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenal Sepak Bola Amputasi yang Membawa Indonesia ke Piala Dunia

9 Oktober 2022   00:00 Diperbarui: 9 Oktober 2022   02:38 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua pemain Indonesia mengawal ketat pemain Inggris di Piala Dunia Amputasi 2022. FOTO: Facebook/World Amputee Football Federation

Suatu hari, Bennett secara tidak sengaja "menendang" sebuah bola basket dengan kruknya. Peristiwa inilah yang menjadi inspirasi baginya untuk mengonsep sepak bola khusus buat orang-orang sepertinya. Tiga tahun berselang, permainan ini mendunia berkat bantuan seorang pelatih bernama Bill Barry.

Sesuai namanya, permainan ini adalah olahraga khusus bagi penyandang disabilitas. Tepatnya bagi atlet yang sebelah kaki atau tangannya harus diamputasi karena alasan apapun.

Amputee football merupakan bagian dari para football, yakni permainan sepak bola khusus penyandang disabilitas. Jenis lain adalah deaf football bagi kaum tunarungu, juga ada powerchair football bagi pengguna kursi roda.

Sebagai mana rupa-rupa varian permainan sepak bola yang lain seperti beach soccer atau futsal, amputee football berada di bawah naungan FIFA sebagai induk sepak bola dunia. Wadah organisasinya bernama World Amputee Football Federation (WAFF).

Sama halnya struktur organisasi FIFA pula, di bawah WAFF ada federasi-federasi tingkat regional. Misalnya, European Amputee Football Federation (EAFF) untuk kawasan Eropa yang sejauh ini terbilang sebagai federasi paling maju.

EAFF rutin menggelar kompetisi bagi anggota-anggotanya. Mereka sudah dua kali menggelar Piala Eropa alias Euro, yakni pada 2017 dan 2021. Lalu di level klub juga ada hajatan Liga Champions Eropa.

Bedanya dengan sepak bola regular, Liga Champions Eropa di ranah amputee football hanya melibatkan tujuh kontestan. Mereka adalah Wisla Krakow dari Polandia, Manchester City (Inggris), Etimesgut Amputee Sport Club (Turki), C.D Flamencos Amputados Sur (Spanyol), Olimpique Jouy le Moutier (Prancis), AFC Tbilisi (Georgia) dan Sporting Amp Football (Italia).

Karena pesertanya cuma tujuh, kompetisi berlangsung selama dua hari saja yakni 20-22 Mei lalu di satu kota sebagai tuan rumah: Krakow. Etimesgut Amputee SC keluar sebagai juara, sedangkan tuan rumah Wisla Krakow menduduki urutan kedua.

Di Indonesia, para pemain amputee football berada di bawah tanggung jawab Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI) atau Indonesian Amputee Football Federation (INAF). Saat ini jabatan ketua umum PSAI dipegang oleh Yudhi Yahya.

Lalu di bawah PSAI ada pengurus-pengurus tingkat provinsi. Misalnya, PSAI Jawa Timur yang timnya menjadi lawan latih tanding timnas pada awal September lalu. Kala itu Aditya, dkk. menang telak 9-0.

FOTO: Facebook/World Amputee Football Federation
FOTO: Facebook/World Amputee Football Federation

Bagaimana Aturannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun