USAI drawing fase grup UEFA Champions League 2022/23, rasanya banyak yang menebak jika Atletico Madrid bakal mendominasi Grup B. Namun yang terjadi jauh dari prediksi. Malah tim terlemah Club Brugge yang sedang memimpin klasemen sementara.
Atletico digadang-gadang bakal tampil dominan karena mengantongi total nilai koefisien tertinggi di grup, yakni 105.000 poin. Unggul jauh dari FC Porto (80.000), Bayer Leverkusen  (53.000), apalagi Brugge (38.500) yang masuk pot buncit dalam seeding.
Sebagaimana kita tahu, nilai koefisien tersebut merupakan gambaran prestasi sebuah klub dalam 5 musim terakhir di pentas Eropa. Semakin tinggi poin, artinya sebuah klub selalu tampil bagus dalam 5 musim sebelumnya.
Dan memang capaian Atletico Madrid terhitung moncer di musim-musim lalu. Tim asuhan Diego Simeone selalu melaju ke fase gugur dalam 4 musim terakhir, bahkan sukses mencapai perempatfinal di musim 2019/20 dan 2021/22.
Musim lalu, Atletico hanya kalah agregat 0-1 dari Manchester City. Para pandemen sepak bola Eropa tentu masih ingat betul, pertandingan leg kedua antara kedua tim diwarnai kericuhan. Mulanya di atas lapangan, lalu berlanjut hingga ke terowongan menuju ruang ganti.
Tak heran bila seusai undian fase grup sejumlah pengamat menilai Koke, cs. tak akan kesulitan memuncaki klasemen Grup B. Hanya Porto yang dipandang sebagai pesaing terberat. Leverkusen mungkin bakal memberi kejutan, tetapi tidak terlalu signifikan.
Adapun Brugge, rasa-rasanya cuma sebagai penggembira saja. Pencapaian juara Belgia ini ditebak bakal sama seperti musim-musim sebelumnya, di mana paling keren hanya finish di peringkat 3 klasemen akhir dan ditransfer ke Europa League.
Namun semua anggapan tersebut mulai mentah menyusul hasil matchday kedua. Tidak main-main, Brugge menang telak 4-0 di kandang Porto. Sedangkan Atletico malah keok di kandang Leverkusen.
Rangkaian hasil tersebut menempatkan Brugge sebagai pemimpin klasemen sementara Grup B dengan poin 6. Rinciannya adalah 2 kali menang, mencetak 5 gol, dan tanpa kebobolan sama sekali.
Calon Kuda Hitam?
Ketika Brugge menang 1-0 atas Leverkusen di matchday pertama sepekan lalu, saya tidak melihatnya sebagai kejutan besar. Toh, skornya hanya satu gol dan Brugge bermain di kandang sendiri.
Alasan lain yang membuat saya tidak memandang hasil itu sebagai kejutan, selisih nilai koefisien antara Brugge dan Leverkusen tidak terlalu banyak. Menilik anggota skuat masing-masing, menurut saya kualitas kedua tim 11-12 saja alias tidak terlalu berbeda jauh.
Saya lebih terkejut dengan kekalahan Chelsea di kandang Dinamo Zagreb saat itu. Pasalnya, dari sisi kekuatan skuat saja sudah terlihat jauh perbedaan di antara kedua tim. Bagaikan langit dan bumi.
Chelsea diperkuat pemain-pemain top Eropa, sementara Zagreb lebih banyak mengandalkan bintang lokal ditambah pemain Eropa kelas dua atau malah kelas tiga. Lalu selisih nilai koefisien di antara keduanya terlalu jomplang, menandakan adanya ketimpangan dalam hal partisipasi di kancah Eropa.
Tambahan lagi, Zagreb masuk fase grup Liga Champions musim ini sebagai survivor babak kualifikasi. Klub asal Kroasia ini sudah harus berjuang sejak Kualifikasi II. Tidak seperti Brugge yang lolos langsung sebagai juara Liga Belgia.
Namun begitu melihat Brugge menang telak 4-0 atas Porto, Rabu (14/9/2022) dini hari WIB tadi, saya mulai berubah pikiran. Ada sesuatu yang menjanjikan dari tim tim asuhan Carl Hoefkens ini.
Jika Brugge dapat konsisten menunjukkan permainan efisien lagi cantik seperti di Estadio do Dragao semalam, saya yakin sekali Ruud Vormer, cs. punya potensi mengejutkan Liga Champions Eropa musim ini.
Sangat boleh jadi mereka tampil sebagai kuda hitam yang bakal menjungkir-balikkan semua prediksi. Memuncaki klasemen akhir Grup B dengan mengangkangi Atletico Madrid, misalnya.
Di Ambang Sejarah
Kalau boleh jujur, peluang Brugge menjuarai Grup B memang terhitung berat. Namun juga bukan tidak mungkin dicapai. Kuncinya adalah partai melawan Atletico pada matchday 3 dan 4 nanti. Terutama laga tandang di Madrid pada 12 Oktober mendatang.
Jika mampu mengamankan setidaknya 2 poin dari dua pertemuan melawan Atletico, alias kedua-keduanya berakhir imbang, jalan Brugge menjuarai Grup B bakal sedikit lebih lapang. Apalagi jika sukses meraup poin lebih banyak dari itu.
Tugas selanjutnya tinggal menjaga agar jangan sampai kalah saat kembali bertemu Porto dan Leverkusen di dua matchday terakhir. Atau kalaupun harus menderita kekalahan, biarlah itu terjadi di kandang Leverkusen yang merupakan partai pamungkas fase grup.
Kalaupun gagal menjadi juara grup, lolos ke fase gugur saja sudah merupakan sejarah besar bagi Brugge. Pasalnya, sejak Liga Champions memakai format baru dengan fase grup pada 1992, belum pernah sekalipun klub Belgia ini melaju lebih jauh.
Rekor tersebut ada peluang bakal pecah musim ini. Menurut kalkulasi saya, setidaknya Brugge bisa mengumpulkan total 10 poin hingga matchday 6 nanti. Modal sebesar itu sudah cukup untuk mengantar mereka ke fase gugur dan mencetak sejarah baru.
Sekarang Brugge sudah mengoleksi 6 poin, hasil dari 2 kemenangan beruntun di 2 matchday awal. Mereka hanya butuh tambahan 4 poin lagi, jumlah yang seharusnya tidak sulit diperoleh dari 4 partai yang bakal dijalani.
Sederhananya, klub bernama lengkap Club Brugge Koninklijke Voetbalvereniging ini hanya butuh hasil imbang dari 4 partai sisa. Namun saya prediksi mereka bakal meraup poin penuh saat bertemu Porto lagi di matchday 5, serta paling tidak mendapat 1 poin dari pertemuan dengan Atletico di matchday 3.
Sandaran prediksi saya sederhana saja. Kedua pertandingan tersebut sama-sama bakal berlangsung di rumah sendiri, yakni Stadion Jan Breydel di Bruges. Jika di kandang Porto mereka bisa menang telak 4-0, masakan di hadapan pendukung sendiri malah melempem?
Demikian pula dengan Atletico yang bakal dijamu pada 4 Oktober mendatang. Tim tamu pastinya bakal tampil ngotot dan merepotkan demi membawa pulang poin. Namun dukungan penuh para suporter bisa jadi pembakar semangat bagi para pemain Brugge untuk mengamankan setidak-tidaknya 1 poin.
Brugge sudah berada di ambang sejarah besar, entah nanti finish sebagai juara atau sekadar runner-up Grup B. Mereka tentu tidak ingin melepaskan kesempatan emas ini begitu saja dan bakal memperjuangkannya sekuat tenaga.
Jadi, siap-siap saja mendapat kejutan lanjutan dari kuda hitam Belgia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H