KETIKA Philippe Coutinho ngotot memilih pindah ke FC Barcelona alih-alih bertahan di Liverpool FC, bukan cuma si pemain yang kemudian merasa kehilangan. Klub yang ditinggalkan juga terus merindukan sosok gelandang kreatif seperti pria Brazil itu.
Kerinduan tersebut tergambar jelas oleh start buruk tim asuhan Jurgen Klopp awal musim ini. Tengok saja hasil di 3 pekan pertama: dua kali seri dan sekali kalah, dengan kekalahan tersebut diderita dari musuh bebuyutan Manchester United.
Hasil buruk Liverpool di Old Trafford pada Selasa (23/8/2022) dini hari WIB lalu mengingatkan saya pada pertemuan kedua tim di musim 2018/19. Tepatnya 24 Februari 2019, sama-sama laga tandang bagi The Reds.
Yang membuat saya otomatis teringat partai lawas tersebut, Mo Salah, cs. mendominasi jalannya pertandingan pada dua partai ini. Setidaknya terlihat dari rekor penguasaan bola dan akurasi umpan di mana Liverpool selalu unggul dari MU.
Jika pada Februari 2019 Liverpool mencatatkan 65% penguasaan bola, laga yang baru lalu malah sampai 71%. Untuk urusan ketepatan umpan The Reds juga unggul dari rivalnya, yakni 84% pada Februari 2019 dan 83% pada Agustus 2022.
Pendek kata, dua catatan ini menggambarkan betapa Liverpool lebih mendominasi ketimbang MU. Toh, kemenangan dalam sepak bola tidak ditentukan dari seberapa dominan sebuah tim di sepanjang pertandingan. Melainkan dari seberapa banyak gol yang dicetak.
Kebetulan sekali hasil akhir pada dua partai di atas sama-sama tidak memihak Liverpool. Pada Februari 2019 trio Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane gagal menjebol gawang MU. Skor akhir 0-0. Sedangkan di pekan ketiga musim ini, The Reds baru bisa mencetak gol balasan pada menit ke-81.
Rindu Gelandang Kreatif
Klopp sadar betul peran penting Coutinho di lini tengah tim garapannya. Oleh sebab itu dia sempat membujuk si pemain untuk bertahan dan bersabar lebih lama lagi. Namun agaknya Coutinho sudah terlanjur ngiler dengan pencapaian Luis Suarez di Spanyol.
Sejak meninggalkan Liverpool pada awal musim 2014/15, Suarez langsung merengkuh gelar La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions di musim perdananya bersama Barcelona. Treble winner!
Bohong kalau Coutinho tidak tergoda dengan pencapaia Suarez itu. Baginya, cukup sudah bertahan 2,5 musim setelah pergantian pelatih dari Brendan Rodgers ke Klopp. Toh, trofi Premier League tak kunjung singgah ke Merseyside. Gelar juara Liga Champions juga tidak meyakinkan hilalnya.