Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masih Ngotot Minta PSSI Gabung EAFF? Baca Dulu Pendapat Ini

9 Agustus 2022   09:13 Diperbarui: 9 Agustus 2022   09:17 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Indonesia melakukan sujud syukur usai mencetak gol ke gawang Myanmar di Piala AFF U19, Juli 2022 lalu. FOTO: Twitter/PSSI

BEBERAPA waktu lalu sempat santer lagi isu kepindahan PSSI dari Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) ke Federasi Sepak Bola Asia Timur (EAFF). Bahkan PSSI sempat memberi jawaban-jawaban diplomatis yang mengindikasikan kemungkinan tersebut bisa saja terjadi.

Pemantik kabar di atas adalah balasan surat dari AFF atas nota protes Indonesia. Seperti diketahui, PSSI mengajukan surat yang meminta AFF menginvestigasi dugaan adanya main mata dalam pertandingan Thailand vs Vietnam di fase grup Piala AFF U19 2022, Juli lalu.

Kita masih ingat betul, partai terakhir di Grup A tersebut berakhir imbang 1-1. Thailand dan Vietnam sama-sama lolos ke semifinal berbekal poin 11. Indonesia yang mengantungi poin sama musti tersingkir karena pada saat bertanding melawan kedua tim tersebut hanya bisa imbang 0-0.

AFF menegaskan jika tak ada indikasi kecurangan, main mata, maupun tindakan lain yang menciderai fair play dalam pertandingan Thailand vs Vietnam U19 tersebut. Artinya, protes PSSI tertolak begitu saja. Padahal sudah menunggu jawaban sekian lama.

Dari sinilah lantas meletup kembali wacana pindah federasi. Netizen yang kecewa atas tanggapan AFF lantas berteriak lantang di media sosial, ramai-ramai mendesak agar PSSI segera keluar dari AFF.

Yang paling kencang disuarakan adalah agar PSSI pindah ke EAFF saja. Bahkan nama pelatih timnas Shin Tae-yong ikut dicatut sebagai salah satu penyokong ide tersebut. Benang merahnya, Coach Shin adalah orang Korea Selatan sedangkan Korsel merupakan member EAFF.

Konyol dan Kekanak-kanakan?

Menanggapi kegaduhan ini, saya sempat melontarkan satu pertanyaan di Quora. Maksudnya tentu saja meminta pendapat dari para Quoran, istilah bagi netizen yang lebih suka 'nongkrong' di platform tanya-jawab tersebut ketimbang Twitter, Instagram, atau Facebook.

Pertanyaan saya kala itu simpel saja: Setujukah kamu dengan wacana PSSI keluar dari AFF dan pindah ke EAFF? 

Karena tengah jadi topik seksi, tanpa menunggu lama langsung muncul beberapa jawaban. Dari sekian penjawab, ada setidaknya dua pendapat yang menurut saya sangat menarik. Saya merasa terwakili oleh kedua jawaban tersebut.

Jawaban menarik pertama diberikan oleh Quoran bernama Randy Prananta. Tanpa tedeng aling-aling, di kalimat awal saja dia langsung mengatakan jika niatan PSSI tersebut "konyol dan kekanak kanakan sekali."

Kalau alasannya cuma gara gara gagal lolosnya Tim U 19 ke semifinal AFF konyol dan kekanak kanakan sekali.

Ya, kita semua memang sangat kecewa timnas gagal lolos ke semifinal Piala AFF U19 hanya gara-gara kalah agresivitas dalam klasemen mini bersama Thailand dan Vietnam. Namun namanya peraturan kompetisi kan, sudah disepakati sebelum turnamen bergulir. Jadi, seharusnya para pelatih sudah mengantisipasi kemungkinan ini.

Andai Indonesia terpikir bakal menghadapi kemungkinan demikian, yakni memiliki poin sama dengan dua kontestan lain segrup, saya yakin perwakilan PSSI yang diutus mengikuti technical meeting sudah mengajukan protes. Mending pakai aturan lama saja yang berlandaskan poin dan produktivitas gol secara keseluruhan.

Namun agaknya tidak ada yang menghitung skenario demikian. Mungkin juga memang sudah sangat optimistis bisa menyingkirkan salah dari dari Thailand atau Vietnam. Nyatanya, saat bertemu mereka timnas kita hanya bisa bermain seri 0-0.

Ya sudah, kembali mengutip pendapat Quoran bernama Randy Prananta tadi, "memang kita sedang tidak beruntung." Dan yang namanya ketidak-beruntungan seperti ini adalah hal biasa dalam sepak bola.

Pembinaan adalah Kunci

Jawaban menarik kedua diberikan oleh Quoran bernama Stephen Damiano. Jujur saja, saya tidak yakin ini sosok riil. Namun setidaknya jawaban dia mewakili pendapat para suporter Indonesia yang sudah dapat berpikir lebih dewasa dalam menyikapi hasil-hasil pertandingan timnas.

Coba simak kata-katanya: "Agar sepakbola nasional maju, yang harus dilakukan adalah membenahi pondasi sepakbola sebagai olahraga, yaitu pembinaan, kompetisi, dan peraturan. "

Saya langsung mengangguk setuju membaca kalimat kedua dalam jawaban singkat tetapi sangat mengena ini. Tidak bisa tidak, memang demikianlah seharusnya yang dipikirkan oleh para petinggi PSSI jika ingin berkembang.

Seperti sudah saya tekankan dalam dua tulisan terdahulu, kunci perkembangan sepak bola Indonesia itu terletak pada pembinaan. Bicara pembinaan, maka itu artinya kita membicarakan kompetisi. Sudah sering dikatakan di mana-mana, timnas yang baik berawal dari liga domestik yang berkualitas.

Pertanyaannya, sudahkah Liga Indonesia (entah apa pun itu namanya, sejak zaman Perserikatan hingga kini jadi Liga 1) menekankan aspek kualitas dalam penyelenggaraannya? Bukan hanya bicara tentang pemain, tetapi juga perangkat pertandingannya, juga pengaturan jadwal pertandingan dalam semusim.

Sudahkah liga berjalan secara adil dan jujur? Bisakah pengelola liga menyanggah anggapan sumir bahwa juara liga, baik Liga 1 maupun Liga 2, bahkan sudah ditentukan sebelum kompetisi bergulir? Bagaimana dengan tudingan adanya  mafia skor yang bolak-balik mencuat tetapi selalu pula menguap begitu saja tanpa kejelasan?

Lanjutan jawaban Quora bernama Stephen Damiano sangat menohok. Katanya, "....Indonesia perlu sadar diri, AFF itu adalah wadah yang pas buat Indonesia, karena di dalamnya adalah negara yang level sepakbolanya ampas dan sampah, sesuai dengan kultur sepakbola nasional."

Wow! Andai saja para pengurus PSSI membaca jawaban tersebut, masakan enggak panas hati dibuatnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun