Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Indonesia Gabung EAFF, Yakin Tidak Bakal Mentok Lagi?

22 Juli 2022   11:29 Diperbarui: 24 Juli 2022   18:54 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Friendly Match Indonesia versus Korea Selatan| Foto: Twitter/PSSI

Jadi, alih-alih melambungkan angan-angan bakal sering-sering bertemu Jepang, Korea Selatan atau China, bisa jadi timnas Indonesia hanya punya kesempatan bertanding melawan Korea Utara, Hong Kong, Taiwan dan Mongolia di Preliminary Rounds 2.

Kalau bisa mengatasi semua pesaing di babak penyisihan, barulah angan-angan tinggi tadi menjadi kenyataan. Kalau tidak, apa yang selama ini terjadi di AFF bakal kembali menimpa Indonesia di EAFF.

Jika selama di AFF prestasi timnas Indonesia mentok karena gagal menembus tembok kukuh Thailand dan belakangan Vietnam, di EAFF potensi penghalangnya kalau tidak Korea Utara ya Hong Kong. Bahkan mungkin kelak Taiwan juga bisa ikut merepotkan, sebagaimana kini di AFF ada Myanmar yang semakin kemari semakin sulit dikalahkan Indonesia.

Kuncinya Pembinaan

Nakhoda yang tangguh tidak lahir di laut yang tenang, tetapi di laut yang penuh dengan ombak dan badai. Demikian bunyi satu ujar-ujar, menyiratkan bahwasanya seseorang akan berubah sebagai satu sosok kuat jika terbiasa menghadapi halangan dan rintangan.

Di sepak bola, saya setuju jika ada yang berpendapat bahwa timnas Indonesia bakal naik level jika berada di lingkungan berisi negara-negara kuat. Dalam hal ini adalah bergabung dengan EAFF yang beranggotakan raksasa-raksasa Asia dalam diri Jepang, Korea Selatan dan China.

Namun ini masih butuh catatan tambahan. Pendapat tadi hanya berlaku apabila ada upaya dari dalam diri Indonesia, lebih tepatnya PSSI, untuk meningkatkan kemampuan sehingga setara dengan yang lain.

Sekadar bertanding dengan tim yang lebih kuat tidak akan secara otomatis menjadikan timnas Indonesia kuat pula. Sering bertanding melawan Jepang, Korea Selatan dan China, tidak serta merta membuat timnas Indonesia sekuat tiga raksasa Asia tersebut.

Kalau pembinaan masih dianggap angin lalu oleh pengurus PSSI, kalau tata kelola sepak bola Indonesia juga terus ala kadar seperti ini, lalu PSSI masih saja dijadikan sebagai tunggangan bagi kepentingan lain di luar sepak bola, ya tidak ada gunanya semua pertandingan level atas itu.

Toh, Indonesia pernah bertanding melawan Uruguay, Belanda, serta banyak lagi negara kuat dunia. Hasilnya, boro-boro menjadi sehebat Uruguay atau Belanda, menang atas Vietnam dan Thailand saja belum tentu bisa.

Saya pribadi tetap pada pendapat sebelumnya, sebagaimana saya kemukakan dalam tulisan Menimbang Ulang Wacana Indonesia Keluar dari AFF/AFC. Kunci peningkatan prestasi timnas Indonesia terletak pada proses pembinaan dan hanya pembinaan. Titik.

Susun program pembinaan yang matang, gulirkan liga domestik dengan tujuan utama mematangkan pemain dan bukan memuaskan pihak-pihak tertentu, lalu bersihkan PSSI dari kepentingan-kepentingan di luar sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun