Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kisahku Membangun Bisnis Online Modal Yakin Plus Internet

13 Juli 2022   15:00 Diperbarui: 13 Juli 2022   15:03 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenang-kenangan catatan daftar pemesan. FOTO: Dok. pribadi

Dengan konten seputar uang lama dan numismatik, tentu saja yang datang membaca adalah orang-orang yang punya minat tentang topik tersebut. Ini target yang sangat spesifik sekali. Meski ada yang sekadar penasaran, tetapi banyak yang memang tengah membutuhkan uang lama.

Tak lama kemudian pembeli pertama datang. Saya masih mengingat dengan jelas, customer pertama ini seorang calon pengantin dari Kalimantan. Dia membutuhkan uang lama nominal Rp9 untuk pelengkap mahar.

Meski belum punya stok, saya sanggupi pesanan tersebut. Gampang, ada Pak Wishnu ini. Saya tinggal datang ke Pasar Klithikan, ambil uang-uang yang dibeli customer, lalu sambil pulang mampir sebentar ke Kantor Pos Besar Yogyakarta untuk mengirim pesanan.

Saya juga masih ingat, waktu itu yang dibeli adalah empat lembar Rp1 dan selembar Rp5. Nilai transaksi di luar ongkos kirim sebesar Rp60.000, dengan marjin bersih kisaran Rp15.000 alias 25% dari nilai transaksi. Wow!

Kenang-kenangan catatan daftar pemesan. FOTO: Dok. pribadi
Kenang-kenangan catatan daftar pemesan. FOTO: Dok. pribadi

Lalu pembeli berikutnya berdatangan. Transaksi demi transaksi dicatatkan. Sedikit demi sedikit laba saya kumpulkan, sampai akhirnya bisa menyetok barang sendiri.

Ketika akhirnya saya menikah beberapa bulan berselang, saya sudah bukan pengangguran lagi. Meski baru berskala kamar kos, saya tetaplah seorang pebisnis online. Omsetnya? Cukuplah kalau cuma buat nafkah berdua.

Pada malam midodareni, saya berbisik bangga di telinga Ibu, "Jangan khawatir, anak Ibu sudah punya usaha sendiri. Pengusaha."

Dengan toko online inilah saya menghidupi istri dan anak-anak hingga beberapa tahun berikutnya. Usaha yang bermula dari semi-konsinyasi dengan Pak Wishnu, dengan modal nama domain seharga Rp95.000 dan begadang bermalam-malam, berkembang semakin besar.

Saya bahkan sempat punya satu lemari penuh berisi stok uang lama. Beberapa perajin mahar hias di sejumlah kota di Indonesia secara rutin kulakan uang mahar pada saya.

Terbantu Internet Andal

Oya, saya hampir lupa menceritakan satu hal. Semua yang saya lakukan di atas tak lepas dari dukungan koneksi internet andal. Ada warung internet tepat di sebelah tempat kos. Si pemilik berlangganan Telkom Speedy, layanan internet yang kini dikenal sebagai IndiHome.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun