Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indonesia, Thailand, Vietnam dan Sepak Bola Gajah

11 Juli 2022   00:48 Diperbarui: 11 Juli 2022   00:59 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vietnam sendiri waktu itu bertindak sebagai tuan rumah kompetisi. Mereka tampil menggila di sepanjang fase grup. Tak terkalahkan dari 3 laga. Rinciannya adalah menang 4-1 atas Laos, imbang 0-0 dengan Singapura, serta menang 1-0 versus Malaysia.

Meski demikian Vietnam harus puas duduk di posisi kedua klasemen akhir Grup B. Penyebabnya adalah mereka kalah jumlah selisih gol dari Singapura yang sama-sama hanya kebobolan sekali, tetapi mencetak 6 gol.

Gebrakan Vietnam ini ternyata membuat gentar kontestan lain di Grup A. Grup yang tengah dipuncaki Indonesia, dengan Thailand di bawahnya. Konon, "teror" pendukung fanatik tuan rumahlah yang membuat rontok nyali tim tamu.

Indonesia yang sudah memastikan satu tiket ke semifinal agaknya termakan desas-desus tersebut. Jika terus bertahan di puncak klasemen Grup A, Tim Garuda bakal berhadapan dengan Vietnam di semifinal.

Mulailah ada kasak-kusuk untuk menghindari Vietnam. Caranya dengan sengaja mengalah di partai pamungkas fase grup. Sebuah misi mudah mengingat lawan terakhir Indonesia di Grup A adalah Thailand.

Menghindari Tuan Rumah?

Kalau menilik pertemuan terakhir di final SEA Games 1997, Thailand mustinya dapat mengungguli Indonesia. Anehnya, pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Thong Nhat, Ho Chi Minh City, pada 31 Agustus 1998 tersebut Tim Gajah Putih seolah sudah puas dengan hasil seri.

Babak pertama berakhir imbang 0-0. Pada babak kedua, Indonesia unggul terlebih dahulu lewat gol Miro Baldo Bento di menit ke-52. Tepat 10 menit berselang Thailand membalas melalui aksi Kritsada Piandit.

Gol tambahan baru tercipta pada menit ke-84. Lagi-lagi Indonesia memimpin berkat sumbangan angka Aji Santoso. Eh, dua menit berselang Thailand sudah membalas. Gelandang mungil lagi lincah Therdsak Chaiman menyamakan skor menjadi 2-2.

Setelahnya pertandingan berjalan membosankan, persis seperti laga Vietnam vs Thailand di Piala AFF U19 2022 kemarin. Thailand tak terlihat punya niat menambah gol. Sepertinya target mereka memang hanya finish sebagai runner-up Grup A.

Thailand sengaja menghindari Vietnam? Entahlah. Yang jelas para pemain Indonesia kemudian melakukan satu tindakan konyol. Jelang pertandingan berakhir, bek Mursyid Effendi menembak gawang sendiri. Sebuah gol bunuh diri yang telanjang sekali dilakukan dengan sangat sengaja.

Pertandingan berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Thailand. Dengan demikian Tim Gajah Putih naik ke peringkat 1 klasemen Grup A dan berhadapan dengan Vietnam selaku runner-up Grup B. Indonesia sendiri menghadapi Singapura di semifinal.

Investigasi dan Sanksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun