Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Benarkah Arnold van der Vin Pemain Naturalisasi Pertama Timnas Indonesia?

5 Juli 2022   23:01 Diperbarui: 26 November 2023   21:18 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENYEBUT kata naturalisasi, rasa-rasanya ingatan banyak orang bakal langsung tertuju pada Cristian Gonzales. Namun belakangan beberapa media online menyebut striker asal Uruguay itu bukanlah pemain naturalisasi pertama di timnas Indonesia, melainkan Arnold van der Vin.

Benarkah demikian? Ini yang lantas membuat saya tertarik untuk menelusurinya.

Awal mulanya saya mencari-cari referensi mengenai Marc Klok. Dalam penilaian saya, gelandang kelahiran Amsterdam ini merupakan salah satu pemain naturalisasi terbaik yang pernah membela Indonesia. Selain Gonzales tentu saja.

Lalu sampailah saya pada sosok Arnold van der Vin. Nama lengkapnya Arnold Wouter van der Vin. Biasa dipanggil Nol, dari penggalan nama Arnold.

Kening saya langsung dibuat mengerut kala membaca sejumlah tulisan mengenai sosok eks kiper timnas di era 1950-an ini. Maklum, sebelumnya saya hanya mengenal nama Maulwi Saelan sebagai penjaga gawang andalan pada masa itu.

Yang membuat kening saya berkerut, sekian tulisan di banyak media rata-rata memberi konklusi sama: Van der Vin adalah pemain naturalisasi pertama di Tim Garuda. Bukan Gonzales di tahun 2010.

Saya jadi keki sendiri. Pasalnya, dalam kolom yang dimuat Tabloid BOLA pada Desember 2010, dengan pede saya menuliskan jika Gonzales adalah pemain naturalisasi pertama di timnas. Sang pembuka jalan.

Masa sih, saya ternyata salah? Padahal saya ingat betul, saat itu sudah melakukan riset dan merasa yakin sekali tidak ada keterangan yang meleset ketika mengirim tulisan berjudul Naturalisasi Bukan Solusi tersebut ke redaksi BOLA.

Kelahiran Semarang

Didorong rasa penasaran, saya lantas mencari tahu lebih jauh mengenai sosok Arnold Wouter van der Vin. Fakta pertama yang saya temukan membuat kerutan di kening saya bertambah dalam saja: Nol ternyata lahir di Semarang (sumber).

Tak ada informasi lebih jauh mengenai tanggal, bulan dan tahun kelahiran Van der Vin. Namun fakta bahwa dia lahir di Semarang, di saat negara ini masih bernama Hindia Belanda, sudah langsung membantah klaim jika Nol adalah pemain naturalisasi.

Apa pasal? Sebab dalam menentukan kewarga-negaraan seseorang terdapat dua asas yang dapat dipakai. Kedua asas tersebut adalah ius sanguinis yang mendasarkan pada garis keturunan dan asas ius soli yang mendasarkan pada tempat kelahiran.

Mengacu pada asas ini, Van der Vin dapat memilih dua kewarga-negaraan waktu itu. Pilihannya adalah Hindia Belanda (kelak Indonesia) sebagai tempatnya dilahirkan atau Belanda sebagai negara asal-usul leluhurnya.

Ini kasusnya sama seperti Elkan Baggott yang kelahiran Bangkok, tetapi punya ibu asal Indonesia dan ayah orang Inggris. Menurut dua asas di atas, Baggott berhak untuk menjadi warga negara Thailand, Indonesia atau Inggris. Tinggal pilih.

Bagaimana dengan Van der Vin? Sayangnya saya belum mendapat keterangan mengenai pilihan kewarganegaraan kiper ini. Mungkin juga pada masa itu memang tidak perlu memilih-milih seperti yang musti dilakukan Baggott.

Aturan mengenai kewarganegaraan masih terhitung longgar pada masa itu. Perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain tidak seketat sekarang. Orang Hindia Belanda bebas keluar-masuk dan menetap di kawasan British Malaya, demikian pula sebaliknya.

Buktinya, sejarah mencatat pencipta lagu kebangsaan Singapura adalah seorang Minangkabau. Zubir Said yang menggubah Majulah Singapura lahir di Bukittinggi dari pasangan Minang asli, lalu di masa dewasa merantau dan menetap di Singapura.

Namun demikian kesimpulan saya Van der Vin tetaplah WNI sejak lahir. Alasannya karena dia lahir di Semarang, maka dia adalah warga negara Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda.

Ketika kelak Republik Indonesia diproklamasikan, secara otomatis dia berhak menyandang status sebagai WNI. Bolehkah ditambahkan keturunan Belanda.

Memilih Indonesia

Pendapat saya ini diperkuat dengan fakta kedua, yakni catatan kelanjutan kisah hidup Van der Vin setelah beranjak dewasa. Di mana dari serpihan-serpihan informasi yang saya kumpulkan di internet, Nol terus-menerus tinggal di Hindia Belanda. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di negara ini.

Bahkan ketika orang etnis Belanda ramai-ramai melakukan repatriasi, alias kembali ke tanah leluhur mereka di Eropa sana usai Indonesia merdeka, Van der Vin memilih tetap tinggal di republik yang baru lahir ini. Bisa dimaklumi, sebab dia lahir dan hidup di negara ini. Baginya, Semarang adalah kampung halaman.

Pilihan tersebut lantas berbuah panggilan dari timnas. Van der Vin melakukan debut bagi timnas ketika diturunkan dalam laga persahabatan melawan South China AA. Tim asal Hong Kong tersebut dijamu Indonesia di Lapangan Ikada pada 27 Juli 1952.

Nama Van der Vin juga masuk dalam daftar skuat timnas Indonesia yang melakoni serangkaian laga persahabatan di sepanjang April 1953. Bermain di Manila dan kemudian Hongkong, salah satu yang menjadi lawan tanding kala itu adalah Korea Selatan pada 30 April 1953.

Semenjak itu Van der Vin sering mendapat panggilan dari timnas. Salah satu penampilannya yang menonjol adalah ketika dipercaya bermain penuh kala Indonesia menjamu Yugoslavia XI pada 26 Agustus  1953 (sumber).

Di hadapan 50.000 penonton yang memadati Lapangan Ikada waktu itu, gawang Indonesia yang dikawal Van der Vin aman dari ancaman lawan di sepanjang babak pertama. Yugoslavia XI baru bisa mencetak gol pada menit ke-66 melalui Veselinovi, sebelum akhirnya menambah keunggulan menjadi 2-0 lima menit jelang laga usai.

Saya sempat heran nama Van der Vin tak ada dalam daftar skuat timnas Indonesia di Asian Games 1954. Namun ini bisa saja terjadi lantaran sang kiper tengah berlibur ke Belanda waktu itu.

Kejadiannya di tahun 1954, inilah kali pertama Van der Vin menginjakkan kaki di tanah asal-usul leluhur. Tujuannya adalah berlibur, sama sekali bukan dalam rangka pindah negara atau repatriasi.

Berniat liburan, Van der Vin ternyata mendapat tawaran bermain dari Fortuna '54. Lalu salah satu referensi menyebut dia juga sempat membela Ajax Amsterdam hingga 1955, sebelum kembali lagi ke Indonesia.

Seharusnya Bukan Naturalisasi

Coba perhatikan, dari lintasan perjalanan hidupnya Van der Vin lebih banyak menghabiskan waktu di Indonesia. Dia memang pernah ke Belanda, tetapi hanya menetap di sana paling lama 1-2 tahun. Itu pun dalam rangka berlibur, meski kemudian malah main bola.

Tinggal selama 1-2 tahun saja tidak cukup untuk mengajukan permohonan kewarganegaraan Belanda. Sekalipun beretnis Belanda dan nenek moyangnya berasal dari Belanda, Van der Vin tetaplah orang asing di sana. Bagi pemerintah Belanda, dia orang Indonesia.

Akan lebih kuat jika ada referensi mengenai hukum kewarganegaraan Belanda pada masa itu. Akan tetapi jika kita mencuplik fakta sejarah, orang-orang Belanda dari Hindia Timur yang dulu melakukan repratriasi saat RI merdeka juga tidak langsung dan secara otomatis mendapat status WN Belanda.

Maka, saya meragukan klaim yang menyebut Van der Vin adalah pemain naturalisasi pertama dalam timnas Indonesia. Benar dia seorang Belanda, bule Indo, tetapi lahir di Semarang dan ketika Indonesia merdeka tetap memilih tinggal di negara ini. Menurut asas ius sanguinis, dia WNI sejak lahir.

Van der Vin hanya dapat disebut pemain naturalisasi jika terbukti pernah menjadi warga negara lain sebelum membela timnas. Nyatanya tidak demikian. Dia bahkan dapat langsung membela timnas tanpa proses naturalisasi terlebih dahulu. Meski memang selalunya dalam pertandingan tidak resmi atau laga persahabatan saja.

Menariknya, harian Kompas terbitan 18 Maret 1988 memuat satu berita yang mengesankan jika Van der Vin melalui proses naturalisasi. Dalam berita itu dikabarkan jika Van der Vin yang telah berusia 64 tahun, membacakan sumpah setia kepada Indonesia di Gedung Pengadilan Negeri Cianjur,17 Maret 1988 (sumber).

Apa tidak merasa aneh dengan rentetan kejadian ini? Bagaimana bisa mantan kiper tim nasional Indonesia, yang pernah membela nama negara di pertandingan internasional sepanjang era 1950-an hingga 1960-an, baru melakukan proses naturalisasi di tahun 1988?

Saya sih, tidak merasa heran sama sekali. Soalnya ada kasus yang serupa tapi tak sama di dunia bulutangkis.

Kita harus menyebut nama Susi Susanti di sini. Ratu bulutangkis ini meraih medali emas Olimpiade 1992 sebagai pebulu tangkis Indonesia. Saat dia naik podium, yang dikibarkan bendera merah putih dan yang dinyanyikan Indonesia Raya.

Ini emas pertama bagi Indonesia sepanjang ikut serta di Olimpiade. Sebuah sejarah besar. Tak heran jika Susi Susanti memperoleh penghargaan Bintang Jasa Utama dari Presiden Soeharto sekembali dari Barcelona.

Toh, dengan pencapaian besarnya itu Susi Susanti masih harus mengurus satu dokumen bernama Surat Bukti Kewarganegaraan  Republik Indonesia, biasa disingkat SBKRI, saat hendak menikah dengan Alan Budikusuma (sumber).

Jika Susi Susanti memilih mengalah dan bertahan di Indonesia, tidak demikian halnya dengan Tong Sin Fu alias Fuad Nurhadi. Gerah karena pengajuan status WNI-nya terus dipersulit, aktor utama di balik perkasanya tim bulutangkis putera Indonesia di Olimpiade 1992 ini memilih jadi warga negara Tiongkok.

Kesimpulannya? Saya sih, tetap mempertahankan pendapat jika Cristian Gonzales adalah pemain naturalisasi pertama di timnas Indonesia. Ada pun Arnold van der Vin, dia WNI sejak lahir karena lahir di Semarang dan terus tinggal di Hindia Belanda/Indonesia.

Ya, sebagai mana Susi Susanti dan Alan Budikusuma adalah juga WNI sejak lahir, sekalipun mereka berdarah Tionghoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun